MODEL-MODEL PEMBELAJARAN INOVATIF
Oleh:
Yagus
Taofik, S.Ag., M.Pd.I
I.
PENDAHULUAN
Proses
pembelajaran merupakan suatu konsep yang sangat kompleks dalam kaitanya dengan
bagaimana menjadikan suatu kegiatan pembelajaran yang terjadi menjadi lebih
efektif, efisien dan juga menciptakan suasana pembelajaran yang kondusif dalam
artian menyenangkan. Proses ini melibatkan berbagai unsur yang termasuk dalam
satu lingkungan belajar, baik guru, siswa, media, dan unsur lain yang menunjang
terjadinya interaksi belajar. Pembelajaran yang terjadi atau sering terjadi
selama ini adalah bahwa pembelajaran diartikan oleh sebagian besar unsur
belajar selama ini, baik itu guru maupun siswa adalah pembelajaran konvensional
yang hanya memfokuskan pada komunikasi verbalistik, sentralisasi guru,
pembelajaran yang otoriter dalam arti, gurulah yang berhak menentukan apa yang
akan dipelajari oleh siswa dan faham-faham yang tidak memberikan ruang
kreatifitas baik bagi siswa maupun guru dalam mengembangkan pembelajaran yang
inovatif dan kreatif.
Hal
ini menjadi suatu dasar yang membuat suatu jurang pemisah antara guru dan siswa
dalam pembelajaran. Sikap, karakter, atau kebiasaan yang terjadi seperti
disebutkan di atas menjadikan suasana belajar yang menyenangkan dan bisa
menciptakan motivasi belajar yang lebih bagi siswa seakan-akan terpasung oleh
beberapa contoh hal di atas.
Pada penerapan kurikulum
2013 sekarang ini, siswa yang dituntut aktif dalam kegiatan pembelajaran. Guru
hanya sebagai fasilitator saja. Kita sebagai guru harus bisa semenarik mungkin
menyiapkan pembelajaran, menyampaikan kepada siswa agar siswa dapat berperan
aktif dalam kegiatan pembelajaran. Jika siswa yang berperan aktif maka siswa
akan menyerap materi yang diberikan guru dengan baik. Salah satu upaya yang
dilakukan guru adalah menyiapkan model pembelajaran.
II.
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Model Pembelajaran
Menurut Istarani (2011)
model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang
meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan
guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau
tidak langsung dalam proses belajar mengajar. Sedangkan
Mohammad Ali (2007) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah suatu rencana
atau pola yang dapat digunakan untuk mengembangkan dan mengarahkan pembelajaran
di kelas atau di luar kelas yang sesuai dengan karakteristik perkembangan dan
karakteristik belajar siswa.
B. Pengertian Pembelajaran Inovatif
Pembelajaran
inovatif merupakan suatu pemaknaan terhadap proses pembelajaran yang bersifat
komprehensif yang berkaitan dengan berbagai teori pebelajaran modern yang
berlandaskan pada inovasi pembelajaran. Seperti teori belajar konstruktifisme
dan teori lainnya.
Dari
segi definisinya, pembelajaran inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya
yang dilakukan oleh guru (konvensional). Sudah barang tentu perbedaan ini
mengarah pada proses dan hasil yang lebih baik ari sebelumya. Proses
pembelajaran yang selama ini dilaksanakan cenderung mengarah pada penguasaan
hafalan konsep dan teori yang bersifat abstrak. Pebelajaran yang semacam ini
akan membuat anak kurang tertarik dan termotivasi dalam mengikuti kegiatan
pembelajaran yang berakibat pada rendahnya hasil pembelajaran serta ketidak
bermaknaan pengetahuan yang diperoleh oleh siswa. Di samping itu, pengetahuan
yang dipelajari siswa seolah-olah terpisah dari permasalahan dalam kehidupan
sehari-hari yang dihadapi oleh siswa.
Pembelajaran
inovatif lebih mengarah pada pembelajaran yang bepusat pada siswa. Proses
pembelajaran dirancang, disususun, dan dikondisiskan untuk siswa agar belajar.
Dalam pembelajaran yang berpusat pada siswa, pemahaman konteks siswa menjadi
bagian yang sangat penting, karena dari sinilah seluruh perancangan proses
pembelajaran dimulai. Hubungan antara guru dan siswa menjadi hubungan yang
saling belajar dan saling membangun. Otonomi siswa dan subyek pendidikan
menjadi titik acuan seluruh perencanaan dan proses pembelajaran, dengan mengacu
pada pembelajaran aktif dan inovatif.
C. Karakteristik Pembelajaran Inovatif
Model
pembelajaran inovatif memiliki karakteristik yang khas, di antaranya guru
memiliki keinginan untuk melakukan perubahan, pemahaman dan keterampilan untuk
mencapai tujuan, memahami benar apa faktor-faktor penunjang, menggunakan
strategi atau metode melaksanakan perubahan, dan mengevaluasi ketercapain
tujuan yang ditetapkan dalam perencanaan, karakteristik tersebut meliputi :
1)
Keunggulan
relatif, yaitu sejauh mana inovasi dapat memberikan manfaat atau keuntungan,
bagi penerimanya, yang dapat diukur berdasarkan nilai ekonominya, prestise
sosial, kenyamanan, kepuasaan dan lainnya
2)
Konfirmanilitas/Kompatibel
(Compatibility), ialah tingkat kesesuaian inovasi dengan nilai (value),
pengalaman lalu, dan kebutuhan dari penerima.
3)
Kompleksitas (complexity),
ialah tingkat kesukaran atau kerumitan untuk memahami dan menggunakan inovasi
bagi penerima.
4)
Trialabilitas (Trialability),
ialah dapat dicoba atau tidaknya suatu inovasi oleh penerima.
5)
Dapat diamati (Observability)
ialah mudah tidaknya diamati suatu hasil inovasi. Suatu inovasi yang hasilnya
mudah diamati akan makin cepat diterima oleh masyarakat. Adapun beberapa
kemampuan bidang yang dapat diamati, diantaranya : manajemen pendidikan,
metodologi pengajaran, media pembelajaran, sumber belajar, pelatihan guru,
implementasi kurikulum,dll.
D. Model-model Pembelajaran Inovatif
1.
Model
Examples Non Examples
Menurut Buehl (1996) menjelaskan bahwa examples non examples adalah model yang dapat
digunakan untuk mengajarkan definisi konsep. Model ini bertujuan
untuk mempersiapkan siswa secara cepat dengan menggunakan 2 (dua) hal yang
terdiri dari examples dan non examples dari
suatu definisi konsep yang ada dan meminta siswa untuk mengklasifikasikan keduanya sesuai dengan
konsep yang ada.
Examples memberikan gambaran akan sesuatu yang menjadi contoh akan
suatu materi yang sedang dibahas, sedangkan non examples memberikan
gambaran akan sesuatu yang bukanlah contoh dari suatu materi yang sedang
dibahas.
Model Pembelajaran Examples non Examples menggunakan
gambar sebagai media pembelajaran. Media gambar merupakan salah satu alat yang
digunakan dalam proses belajar mengajar yang dapat membantu mendorong siswa
lebih melatih diri dalam mengembangkan pola pikirnya. Dengan menerapkan media
gambar diharapkan dalam pembelajaran dapat bermanfaat secara fungsional bagi
semua siswa. Sehingga dalam kegiatan pembelajaran siswa diharapkan akan aktif
dan semangat untuk belajar. Contoh dapat dari Kasus/Gambar yang Relevan dengan Kompetensi
Dasar.
Langkah-langkah
:
ü Guru mempersiapkan gambar-gambar sesuai dengan tujuan
pembelajaran
ü Guru menempelkan gambar di papan atau ditayangkan melalui
OHP/In Focus
ü Guru memberi petunjuk dan memberi kesempatan pada siswa
untuk memperhatikan atau menganalisa gambar
ü Melalui diskusi kelompok 2-3 orang siswa, hasil diskusi dari
analisa gambar tersebut dicatat pada kertas
ü Tiap kelompok diberi kesempatan membacakan hasil diskusinya
ü Mulai dari komentar/hasil diskusi siswa, guru mulai
menjelaskan materi sesuai tujuan yang ingin dicapai.
ü Kesimpulan.
2.
Model
Picture And Picture
Model pembelajaran
picture and picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan
dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis. Model Pembelajaran ini mengandalkan
gambar sebagai media dalam proses pembelajaran. Gambar-gambar ini menjadi
factor utama dalam proses pembelajaran. Sehingga sebelum proses pembelajaran
guru sudah menyiapkan gambar yang akan ditampilkan baik dalam bentuk kartu atau
dalam bentuk carta dalam ukuran besar
Langkah-langkah
:
ü Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
ü Menyajikan materi sebagai pengantar
ü Guru menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar kegiatan
berkaitan dengan materi
ü Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian
memasang/mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis
ü Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar
tersebut
ü Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menamkan
konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai
ü Kesimpulan/rangkuman.
3.
Model
Numbered Heads Together (NHT)
Model pembelajaran Kepala
Bernomor (Numbered Heads)
dikembangkan oleh Spencer Kagan (1992). Tehnik ini memberikan kesempatan
pada siswa untuk saling
membagikan ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang paling tepat. Selain itu,
tehnik ini juga mendorong siswa untuk meningkatkan semangat kerjasama mereka.
Tehnik ini bisa digunakan untuk semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan
usia anak didik.
Pembelajaran tipe NHT
merupakan salah satu tipe pembelajaran yang menekankan pada struktur khusus
yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan
untuk meningkatkan penguasaan akademik. Tipe ini melibatkan para siswa
dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman
mereka terhadap isi pelajaran tersebut.
Langkah-langkah
:
ü Siswa dibagi dalam kelompok, setiap siswa dalam setiap
kelompok mendapat nomor
ü Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok
mengerjakannya
ü Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan
tiap anggota kelompok dapat mengerjakannya/mengetahui jawabannya
ü Guru memanggil salah satu nomor siswa dengan nomor yang
dipanggil melaporkan hasil kerjasama mereka
ü Tanggapan dari teman yang lain, kemudian guru menunjuk nomor
yang lain
ü Kesimpulan.
4.
Model
Cooperative Script
Model pembelajaran Cooperative
Script adalah model belajar dimana siswa
bekerja berpasangan dan secara lisan mengikhtisarkan bagian-bagian dari materi
yang dipelajarinya dalam ruangan kelas. Menurut Slavin (1994:175) model pembelajaran Cooperative Script yang
dapat meningkatkan daya ingat siswa. Sedangkan menurut Brousseau (2002) menyatakan bahwa
model pembelajaran cooperative
script secara tidak langsung terdapat kontrak belajar antara
guru dengan siswa dan siswa dengan siswa mengenai cara berkolaborasi.
Model pembelajaran Cooperative
Script merupakan penyampaian materi ajar yang diawali dengan pemberian
wacana atau ringkasan materi ajar kepada siswa yang kemudian diberikan
kesempatan kepada siswa untuk membacanya sejenak dan memberikan/ memasukkan ide-ide
atau gagasan-gagasan baru kedalam materi ajar yang diberikan guru, lalu siswa
diarahkan untuk menunjukkan ide-ide pokok yang kurang lengkap dalam meteri yang
ada secara bergantian sesama pasangan masing-masing.
Model ini, siswa bekerja berpasangan dan bergantian secara
lisan mengikhtisarkan, bagian-bagian dari materi yang dipelajari
Langkah-langkah
:
ü Guru membagi siswa untuk berpasangan
ü Guru membagikan wacana/materi tiap siswa untuk dibaca dan
membuat ringkasan
ü Guru dan siswa menetapkan siapa yang pertama berperan
sebagai pembicara dan siapa yang berperan sebagai pendengar
ü Pembicara membacakan ringkasannya selengkap mungkin, dengan
memasukkan ide-ide pokok dalam ringkasannya. Sementara pendengar :
(a) Menyimak/mengoreksi/menunjukkan ide-ide pokok
yang kurang lengkap
(b) Membantu mengingat/menghafal
ide-ide pokok dengan menghubungkan materi sebelumnya atau dengan materi lainnya
ü Bertukar peran, semula sebagai pembicara ditukar menjadi
pendengar dan sebaliknya
ü Kesimpulan siswa bersama-sama dengan guru
5.
Model
Tim Ahli (Jigsaw)
Model pembelajaran
jigsaw adalah sebuah model
belajar kooperatif yang menitik beratkan kepada kerja kelompok siswa dalam bentuk
kelompok kecil, seperti yang diungkapkan Lie ( 1993: 73), bahwa pembelajaran kooperatif model jigsaw ini
merupakan model pembelajaran dengan cara siswa belajar dalam kelompok kecil
yang terdiri atas 4 (empat) sampai dengan 6 (enam) orang secara heterogen dan
siswa bekerja sama saling ketergantungan positif dan bertanggung jawab secara
mandiri.
Dalam model pembelajaran ini siswa memiliki
banyak kesempatan untuk mengemukanakan pendapat, dan mengelolah imformasi yang
didapat dan dapat meningkatkan keterampilan berkomunikasi. Anggota kelompok
bertanggung jawab atas keberhasilan kelompoknya dan ketuntasan bagian materi
yang dipelajari, dan dapat menyampaikan kepada kelompoknya.
Langkah-langkah
:
Siswa
dikelompokkan ke dalam 4 anggota tim
ü Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang berbeda
ü Tiap orang dalam tim diberi bagian materi yang ditugaskan
ü Anggota dari tim yang berbeda yang telah mempelajari
bagian/sub bab yang sama bertemu dalam kelompok baru (kelompok ahli) untuk
mendiskusikan sub bab mereka
ü Setelah selesai diskusi sebagai tim ahli tiap anggota
kembali ke kelompok asal dan bergantian mengajar teman satu tim mereka tentang
sub bab yang mereka kuasai dan tiap anggota lainnya mendengarkan dengan
sungguh-sungguh
ü Tiap tim ahli mempresentasikan hasil diskusi
ü Guru memberi evaluasi
ü Penutup.
6.
Pembelajaran
Berdasarkan Masalah Problem Based Instruction (PBI)
Problem-based
instruction adalah
model pembelajaran yang berlandaskan paham konstruktivistik yang mengakomodasi
keterlibatan siswa dalam belajar dan pemecahan masalah otentik (Arends et al.,
2001). Dalam perolehan informasi dan pengembangan pemahaman tentang
topik-topik, siswa belajar bagaimana mengkonstruksi kerangka masalah,
mengorganisasikan dan menginvestigasi masalah, mengumpulkan dan menganalisis
data, menyusun fakta, mengkonstruksi argumentasi mengenai pemecahan masalah,
bekerja secara individual atau kolaborasi dalam pemecahan masalah.
Dengan kata lain model
pembelajaran ini mengangkat satu masalah aktual sebagai satu pembelajaran yang
menantang dan menarik. Peserta didik diharapkan dapat belajar memecahkan
masalah tersebut secara adil dan obyektif.
Peranan guru sebagai pembimbing dan negosiator. Peran-peran tersebut dapat
ditampilkan secara lisan selama proses pendefinisian dan pengklarifikasian masalah.
Sarana pendukung model
pembelajaran ini adalah: lembaran kerja siswa, bahan ajar, panduan bahan ajar
untuk siswa dan untuk guru, artikel, jurnal, kliping, peralatan demonstrasi
atau eksperimen yang sesuai, model analogi, meja dan kursi yang mudah dimobilisasi
atau ruangan kelas yang sudah ditata untuk itu.
Langkah-langkah
:
ü Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik
yang dibutuhkan. Memotivasi siswa terlibat dalam aktivitas pemecahan masalah
yang dipilih.
ü Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan
tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan topik,
tugas, jadwal, dll.)
ü Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang
sesuai, eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah, pengumpulan
data, hipotesis, pemecahan masalah.
ü Guru membantu siswa dalam merencanakan menyiapkan karya yang
sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas dengan temannya.
ü Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap penyelidikan mereka dan proses-proses yang mereka gunakan.
7.
Model
Artikulasi
Model pembelajaran Artikulasi adalah model pembelajaran dimana
guru menyampaikan pesan (materi) kepada siswa kemudian siswa menyampaikan
materi/pesan tersebut kepada teman-temannya secara terus menerus. Siswa harus menjelaskan materi yang
diberikan guru pada siswa lainnya atau bisa juga pasangan kelompoknya. Dalam
proses pembelajaran siswa dituntut aktif yaitu siswa berperan sebagai penerima
materi kemudian berperan sebagai penyampai materi. Artikulasi berasal dari
bahasa inggris yaitu articulate.
Artinya adalah hal yang nyata, sesuatu yang benar diucapkan.
Langkah-langkah
:
ü Menyampaikan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
ü Guru menyajikan materi sebagaimana biasa
ü Untuk mengetahui daya serap siswa, bentuklah kelompok
berpasangan dua orang
ü Suruhlan seorang dari pasangan itu menceritakan materi yang
baru diterima dari guru dan pasangannya mendengar sambil membuat
catatan-catatan kecil, kemudian berganti peran. Begitu juga kelompok lainnya
ü Suruh siswa secara bergiliran/diacak menyampaikan hasil
wawancaranya dengan teman pasangannya. Sampai sebagian siswa sudah menyampaikan
hasil wawancaranya
ü Guru mengulangi/menjelaskan kembali materi yang sekiranya
belum dipahami siswa
ü Kesimpulan/penutup.
8.
Model
Mind Mapping
Mind maping adalah cara
mengembangkan kegiatan berpikir ke segala arah, menangkap berbagai pikiran
dalam berbagai sudut. Mind maping mengembangkan cara berpikir divergen dan
berpikir kreatif. Mind mapping yang sering kita sebut dengan peta konsep adalah
alat berpikir organisasional yang sangat hebat yang juga merupakan cara
termudah untuk menempatkan informasi ke dalam otak dan mengambil informasi itu
ketika dibutuhkan (Tony Buzan , 2008:4). Sangat baik digunakan
untuk pengetahuan awal siswa atau untuk menemukan alternatif jawaban.
Langkah-langkah
:
ü Guru menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai
ü Guru mengemukakan konsep/permasalahan yang akan ditanggapi
oleh siswa / sebaiknya permasalahan yang mempunyai alternatif jawaban
ü Membentuk kelompok yang anggotanya 2-3 orang
ü Tiap kelompok menginventarisasi/mencatat alternatif jawaban
hasil diskusi
ü Tiap kelompok (atau diacak kelompok tertentu) membaca hasil
diskusinya dan guru mencatat di papan dan mengelompokkan sesuai kebutuhan guru
ü Dari data-data di papan siswa diminta membuat kesimpulan
atau guru memberi bandingan sesuai konsep yang disediakan guru.
9.
Model
Make – A Match (Mencari Pasangan)
Model pembelajaran Make
a match yaitu pembelajaran yang teknik mengajarnya dengan mencari
pasangan melalui kartu pertanyaan dan jawaban yang harus ditemukan dan
didiskusikan oleh pasangan siswa tersebut. Model pembelajaran ini merupakan
salah satu alternatif yang dapat diterapkan untuk meningkatkan
hasil belajar siswa. Model Make a Match adalah pembelajaran menggunakan
kartu-kartu. Kartu-kartu tersebut terdiri dari kartu yang berisi soal dan kartu
yang lainnya berisi jawaban dari soal-soal tersebut.
Langkah-langkah
:
ü Guru menyiapkan beberapa kartu yang berisi beberapa konsep
atau topik yang cocok untuk sesi review, sebaliknya satu bagian kartu soal dan
bagian lainnya kartu jawaban
ü Setiap siswa mendapat satu buah kartu
ü Tiap siswa memikirkan jawaban/soal dari kartu yang dipegang
ü Setiap siswa mencari pasangan yang mempunyai kartu yang
cocok dengan kartunya (soal jawaban)
ü Setiap siswa yang dapat mencocokkan kartunya sebelum batas
waktu diberi poin
ü Setelah satu babak kartu dikocok lagi agar tiap siswa
mendapat kartu yang berbeda dari sebelumnya
ü Demikian seterusnya
ü Kesimpulan/penutup
10.
Model
Think Pair And Share. (Berfikir dan Berbagi)
Model pembelajaran think
pair share (TPS) atau berpikir berpasangan berbagi adalah merupakan jenis
pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa.
Pertama kali dikembangkan
oleh Frang Lyman dan Koleganya di universitas Maryland sesuai yang dikutip
Arends (1997), menyatakan bahwa think pair share merupakan suatu cara
yang efektif untuk membuat variasi suasana pola diskusi kelas. Dengan asumsi
bahwa semua resitasi (hafalan) atau diskusi membutuhkan pengaturan untuk
mengendalikan kelas secara keseluruhan, dan prosedur yang digunakan dalam think
pair share dapat memberi siswa lebih banyak waktu berpikir, untuk merespon
dan saling membantu. Guru memperkirakan hanya melengkapi penyajian singkat atau
siswa membaca tugas, atau situasi yang menjadi tanda tanya. Sekarang guru
menginginkan siswa mempertimbangkan lebih banyak apa yang telah dijelaskan dan
dialami. Guru memilih menggunakan think pair share untuk membandingkan
tanya jawab kelompok keseluruhan.
Langkah-langkah
:
ü Guru menyampaikan inti materi dan kompetensi yang ingin
dicapai
ü Siswa diminta untuk berfikir tentang materi/permasalahan
yang disampaikan guru
ü Siswa diminta berpasangan dengan teman sebelahnya (kelompok
2 orang) dan mengutarakan hasil pemikiran masing-masing
ü Guru memimpin pleno kecil diskusi, tiap kelompok
mengemukakan hasil diskusinya
ü Berawal dari kegiatan tersebut mengarahkan pembicaraan pada
pokok permasalahan dan menambah materi yang belum diuangkapkan para siswa
ü Guru memberi kesimpulan
ü Penutup
E. Pentingnya Pembelajaran Inovatif
Daya
kreativitas dan inovasi secara alamiah telah dimiliki oleh setiap orang. Namun
tumbuh dan berkembangnya pada setiap orang ini akan berbeda tergantung dari
kesempatan masing-masing untuk mengembangkannya. Pengembangan atau tumbuhnya
dengan subur kreativitas dan inovasi pada setiap orang atau sehubungan dengan
pekerjaan guru adalah dengan adanya latihan yang berkesinambungan. Latihan ini
harus dibarengi pula dengan penanaman sikap dan nilai yang luhur, yaitu sikap
seorang ilmuwan dan nilai yang berlandaskan pada IMTAQ.
Inovasi
pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan mesti dilakukan oleh guru.
Dengan adanya inovasi pembelajaran maka kita sebagai guru sebaiknya dapat belajar menciptakan
suasana belajar yang menyenangkan, menggairahkan, dinamis, penuh semangat, dan
penuh tantangan. Suasana pembelajaran seperti itu dapat mempermudah peserta
didik dalam memperoleh ilmu dan guru juga dapat menanamkan nilai-nilai luhur
yang hakiki pada peserta didik untuk menuju tercapainya tujuan pembelajaran.
III.
PENUTUP
A. Kesimpulan
Jika
dilihat dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran inovatif
memiliki karakteristik yang khas, di antaranya guru memiliki keinginan untuk
melakukan perubahan, pemahaman dan keterampilan untuk mencapai tujuan, memahami
benar apa faktor-faktor penunjang, menggunakan strategi atau metode
melaksanakan perubahan, dan mengevaluasi ketercapain tujuan yang ditetapkan
dalam perencanaan.
Pembelajaran
inovatif adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
sehingga berbeda dengan pembelajaran pada umumnya yang dilakukan oleh guru
(konvensional). Inovasi pembelajaran merupakan sesuatu yang penting dan harus
dimiliki atau dilakukan oleh guru. Hal ini disebabkan karena pembelajaran akan
lebih hidup dan bermakna. Kemauan guru untuk mencoba menemukan, menggali dan
mencari berbagai terobosan, pendekatan, metode dan strategi pembelajaran
merupakan salah satu penunjang akan munculnya berbagai inovasi-inovasi baru.
B. Saran
Penting
sekali bagi seorang guru untuk memahami pembelajaran inovatif, karena
pembelajaran akan lebih hidup dan bermakna. Bukan karena itu saja tetapi juga
karena cepat atau lambatnya suatu inovasi dapat diterima akan sangat tergantung
pada karakteristik inovasi itu sendiri dan juga dipengaruhi oleh
atribut-atribut inovasi itu sendiri. Oleh karena itu seorang innovator atau
guru harus senantiasa memperhatikan karakteristik dan atribut inovasinya agar
dapat dengan cepat diterima sasaran inovasi tersebut.
DAFTAR
PUSTAKA
Anita Lie, 2008, Cooperative
Learning; Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta:
PT. Gramedia.
Djamarah Syaiful Bahri, Aswan Zain.
2010. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta
Edukasi Kompasiana. 2016. Pentingnya
Inovasi Dalam Pembelajaran. Diunduh dari http://edukasi.kompasiana.com/2016/08/2/pentingnya-inovasidalam-pembelajaran-396045.html
pada tanggal 26 Juli 2016
file.upi.edu/…/INOVASI_PENDIDIKAN/Inovasi_Pendidikan.pdf
http://andreanperdana.blogspot.com/2013/02/apa-sih-pentingnya-inovasipembelajaran.html
pada tanggal 26 Juli 2016
Isjoni, 2010,
Cooperative Learning Efektifitas
Pembelajaran Kelompok,
Bandung: Alfabetha.
Istarani,
2011, Model Pembelajaran Inovatif Referensi Guru Dalam Menentukan Model
Pembelajaran. Medan: Media
Persada, hlm. 1.
Mohammad Ali, 2007. Modul Teori dan Praktek
Pembelajaran Pendidikan Dasar, Bandung: UPI Press, hlm. 120.
Sumantri Mulyani, Johar Permana. 2001. Strategi
Belajar Mengajar. Bandung : CV. Maulana.
No comments:
Post a Comment