Sunday, November 6, 2016

Menyusun Kisi-kisi SOAL

Menyusun Kisi-Kisi Soal

Kisi-kisi adalah Suatu format berupa matriks yang memuat pedoman untuk menulis soal atau merakit soal menjadi suatu tes. Kisi-kisi berfungsi sebagai pedoman dalam penulisan soal dan atau dalam melakukan perakitan tes.
Syarat-syarat kisi-kisi yang baik :
  1. Mewakili isi kurikulum/kemampuan yang akan diujikan;
  2. Komponen-komponennya rinci, jelas, dan mudah dipahami;
  3. Soal-soalnya dapat dibuat sesuai dengan indikator dan bentuk soal yang ditetapkan
Komponen kisi-kisi terdiri dari : 
A.Kelompok Identitas :

  1. Jenis institusi
  2. Program/Jurusan
  3. Bidang studi/matapelajaran
  4. Tahu nelajaran
  5. Kurikulum yang diacu/dipergunakan
  6. Jumlah soal
  7. Bentuk soal
B. Kelompok Matriks

  1. Kompetensi Dasar
  2. Materi yang akan diberikan/dijadikan soal
  3. Indikator
  4. Nomor urut soal (jika diperlukan)
KOMPETENSI DASAR
Kompetensi Dasar:Kemampuan minimal yang harus dikuasai siswa setelah mempelajari materi pelajaran tertentu. Kompetensi ini diambil dari kurikulum.

MATERI
Materi merupakan:bahan ajar yang harus dikuasai siswa berdasarkan kompetensi yang akan diukur. Penentuan materi (bahan ajar) yang akan diambil disesuaikan dengan indikator yang akan disusun.
Untuk pembuatan soal, kita harus bisa memilih materi esensial yang akan dikeluarkan dalam tes. Untuk memilih materi esensial kita dapat berpatokan pada kriteria-kriteria berikut ini :

  1. Merupakan materi lanjutan
  2. Pendalaman dari satu materi yang sudah dipelajari sebelumnya
  3. Merupakan materi penting yang harus dikuasai oleh siswa
  4. Merupakan materi yang sering diperlukan
  5. Untuk mempelajari bidang studi lain
  6. Merupakan materi yang berkesinambungan yang terdapat pada semua jenjang kelas
  7. Merupakan materi yang memiliki nilai terapan dalam kehidupan sehari-hari
INDIKATOR
Indikator:berisi ciri-ciri perilaku yang dapat diukur sebagai petunjuk untuk membuat soal. Indikator dikembangkan sesuai dg karakteristik siswa, mata pelajaran, satuan pendidikan, potensi daerah dan dirumuskan dg kata kerja operasional yang terukur dan/atau dapat diobservasi.
Syarat-syarat indikator yang baik adalah : 

  1. Memuat ciri-ciri kompetensi dasar yang akan diukur.
  2. Memuat kata kerja operasional yang dapat diukur.
  3. Berkaitan dengan materi (bahan ajar) yang dipilih.
  4. Dapat dibuatkan soalnya.
Teknik Perumusan Indikator : 

  1. Bila Soal Terdapat Stimulus, maka rumusan indikatornya: “Disajikan …, siswa dapat menjelaskan ….”
  2. Bila Soal Tidak Terdapat Stimulus, maka rumusan indikatornya: “Siswa dapat membedakan ….”
Contoh indikator soal :
Disajikan sebuah teks report tentang hewan, siswa menentukan gambaran umum teks tersebut dengan tepat.
Keterangan :
Teks berwarna biru = condition
Teks berwarna hitam = audience
Teks berwarna merah = behavior
Teks berwarna ungu = degree
SOAL
Soal disusun berdasarkan indikator. Untuk di sekolah, biasanya kita sering memakai 3 jenis soal yaitu soal pilihan ganda, dan soal uraian, masing-masing memiliki keunggulan dan keterbatasan.


Soal pilihan ganda
Keunggulan 

  1. mengukur berbagai jenjang kognitif
  2. penskorannya mudah, cepat, objektif, dan dapat mencakup ruang lingkup bahan/materi/kdyang luas
  3. bentuk ini sangat tepat untuk ujian yang pesertanya sangat banyak atau yang sifatnya massal
Keterbatasan 

  1. memerlukan waktu yang relatif lama untuk menulis soalnya
  2. sulit membuat pengecoh yang homogen dan berfungsi
  3. terdapat peluang untuk menebak kunci jawaban
Soal uraian :
Soal uraian  merupakan Soal bentuk uraian adalah suatu soal yang jawabannya menuntut siswa untuk mengingat dan mengorganisasikan gagasan-gagasan atau hal-hal yang telah dipelajarinya dengan cara mengemukakan atau mengekspresikan gagasan tersebut dalam bentuk uraian tertulis. Soal uraian terdiri dari soal uraian objektif dan soal uraian non objektif.

Soal uraian objektif  merupakan rumusan soal atau pertanyaan yang menuntut sehimpunan jawaban dengan pengertian/konsep tertentu, sehingga penskorannya dapat dilakukan secara objektif). Sedangkan soal uraian non objektif merupakan rumusan soal yang menuntut sehimpunan jawaban berupa pengertian/konsep menurut pendapat masing-masing siswa, sehingga penskorannya sukar dilakukan secara objektif).
Keunggulan
  1. Dapat mengukur kemampuan siswa dalam hal mengorganisasikan pikiran, mengemukakan pendapat, dan mengekspresikan gagasan-gagasan dengan menggunakan kata-kata atau kalimat siswa sendiri
  2. Meningkatkan kemampuan siswa dalam menyatakan gagasan/pendapat
  3. Penyusunan tes lebih mudah.
  4. Faktor menebak jawaban dapat dikurangi
Keterbatasan :
  1. Jumlah materi yang ditanyakan terbatas
  2. Waktu penskoran lama
  3. Penskoran hanya dapat dilakukan oleh orang yang menguasai bidang studi tersebut.
  4. Penskoran relatif subjektif
  5. Reliabilitas relatif lebih rendah daripada bentuk soal Pilihan Ganda

Contoh format kisi-kisi soal :
  1. Satuan Pendidikan                              : ……………………………………………
  2. Program/Jurusan                                 : ……………………………………………
  3. Bidang studi/matapelajaran                : ……………………………………………
  4. Tahun pelajaran                                  : ……………………………………………
  5. Kurikulum yang diacu/dipergunakan : ……………………………………………
  6. Jumlah soal                                         : ……………………………………………
  7. Bentuk soal                                          : ……………………………………………
No.
Kompetensi  Dasar
Materi 
Indikator Soal
No. Soal
Sekian dan semoga bermanfaat serta menambah sedikit wawasan dan menjadi tambahan referensi bagi para pendidik di seluruh Indonesia.

PENGARUH PENGAJARAN COOPERATIVE LEARNING TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BIDANG AKIDAH AKHLAK (Proposal)

B.     Latar Belakang Masalah
Berdasarkan pengamatan awal di Madrasah Tsanawiyah Az-Zahra Selacau yang berlokasi di Desa Selacau Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung Barat, ada temuan yang menarik untuk dijadikan sebagai bahan penelitian, yaitu model pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih cenderung menggunakan metode konvensional yang teacher center  seperti, menulis, mendikte, ceramah dan sebagainya yang bersifat satu arah, sehingga masih bersifat meminimalkan peran siswa dalam proses pembelajaran dan tidak memberikan pengalaman belajar yang dapat memberikan motivasi belajar yang tinggi dalam meningkatan prestasi belajar yang signifikan bagi siswa.
Rendahnya nilai hasil belajar siswa merupakan masalah yang serius dan perlu mendapatkan perhatian penuh dari semua pihak, baik pemerintah, sekolah maupun siswa itu sendiri. Rendahnya nilai hasil belajar siswa disebabkan oleh banyak hal, diantaranya kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, sehingga siswa merasa jenuh dan bosan ketika belajar. Dapat pula disebabkan cara penyampaian atau penyajian materi yang kurang menarik perhatian siswa, sehingga siswa bersikap acuh tak acuh ketika guru menyampaikan materi. Selain itu juga, disebabkan oleh guru yang kurang pandai mengatur strategi belajar mengajar yang dapat membangkitan motivasi belajar siswa. Metode pembelajaran masih bersifat tradisional dimana siswa tidak banyak terlibat dalam proses pembelajaran dan keaktifan kelas sebagian besar didomisili oleh guru. Dari beberapa permasalahan pendidikan yang dikemukakan di atas pendekatan pengajaran merupakan aspek permasalahan yang memerlukan penanganan yang serius.
Pengembangan model pembelajaran tidak hanya berlaku pada mata pelajaran umum  saja tetapi juga berlaku dalam pembelajaran pendidikan agama Islam termasuk mata pelajaran akidah akhlak. Akan tetapi pada prakteknya guru akidah akhlak masih banyak yang belum bisa bertindak mengembangkan model pembelajaran yang efektif bagi para siswanya, sehingga hasil belajar tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran akidah akhlak yang diharapkan. Pembelajaran pada umumnya masih bersifat konvensional, atau masih berpusat pada guru (teacher centered) dan kurang mendorong siswa untuk mengembangkan potensinya. Para guru cenderung menekankan pada penyampaian materi pelajaran (subject matters oriented) yang menjadikan guru aktif sendiri menyampaikan materi pelajaran sedangkan siswa hanya mendengar, menyimak dan mencatat. Padahal ada banyak model pembelajaran yang dapat dikembangkan oleh guru.
Untuk menjalankan fungsi dan mencapai tujuan pendidikan diselenggarakan pendidikan formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sedangkan pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan formal ini beragam jenisnya, salah satunya adalah Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang sederajat dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) tetapi mempunyai ciri khas dalam mata pelajaran keagamaan dengan jumlah jam tatap muka lebih banyak.  Jika pelaksanaan mata pelajaran agama di SMP hanya dua sampai tiga jam pelajaran setiap minggunya maka di MTs mencapai sepuluh sampai dengan sebelas jam pelajaran setiap minggunya. 
Salah satu mata pelajaran penting yang terdapat di kurikulum madrasah adalah Mata Pelajaran Akidah Akhlak. Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi yang diajarkan di sekolah, materi keilmuan dari mata pelajaran akidah akhlak ini mencakup dimensi pengetahuan (knowledge), keterampilan (skills), dan nilai (values).
Dalam pelajaran akidah akhlak siswa dituntut berperan aktif dalam aktifitas belajar, ketika siswa pasif atau hanya menerima dari guru, ada kecenderungan akan cepat melupakan apa yang telah diberikan. Dalam dunia pendidikan, paradigma lama mengenai proses belajar mengajar bersumber pada teori tabula rasa Jhon Locke.
Prestasi belajar yang baik tidak akan tercapai tanpa adanya motivasi belajar yang tinggi. Dengan motivasi dapat menumbuhkan minat belajar siswa sehingga proses belajar menjadi menyenangkan dan tidak membosankan. Guru berperan dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa. Motivasi ini penting dalam kaitannya dengan perolehan hasil belajar yang baik dalam usaha siswa untuk mencapai sukses yang dicita-citakannya. Tingginya motivasi dalam belajar akan menjadikan siswa tekun dalam proses belajar mengajar dan kualitas hasil belajar siswa dapat diwujudkan dengan baik. Siswa yang motivasi belajarnya kuat dan jelas akan tekun dan berhasil dalam belajarnya[1]. Bagi seorang guru motivasi adalah penggerak atau pemacu siswa agar timbul keinginan dan kemauan untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai tugas pendidik sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan dalam kurikulum sekolah[2]
Motivasi merupakan salah satu faktor yang diduga besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Siswa yang motivasinya tinggi diduga akan memperoleh hasil belajar yang baik. Pentingnya motivasi belajar siswa terbentuk antara lain agar terjadi perubahan belajar ke arah yang lebih positif. Pandangan ini sesuai dengan pendapat Hawley[3]: “Siswa yang termotivasi dengan baik dalam belajar melakukan kegiatan lebih banyak dan lebih cepat, dibandingkan dengan siswa yang kurang termotivasi dalam belajar. Prestasi yang diraih akan lebih baik apabila mempunyai motivasi yang tinggi.”
Salah satu model pembelajaran yang dicoba diterapkan untuk membantu para siswa dalam belajar pada mata pelajaran akidah akhlak adalah model pembelajaran cooperative learning. Bentuk pembelajaran cooperative learning lebih efektif dari pada pembelajaran tradisional yang konvensional. Model pembelajaran cooperative learning ini selayaknya dapat  dibuktikan keberhasilannya dalam pembelajaran mata pelajaran akidah akhlak. Terlebih bagi guru-guru yang masih menggunakan metode konvensional. Bertitik tolak dari fenomena yang terjadi di MTs. Az-Zahra Selacau Batujajar  yang dalam upayanya untuk meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa guru mengembangkan berbagai model pembelajaran salah satunya adalah model cooperative learning. Dengan menggunakan model cooperative learning proses pembelajaran diharapkan dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran akidah akhlak. Sehingga dalam proses belajar mengajar mata pelajaran akidah akhlak di madrasah akan terjadi proses interaksi antara pendidik dan peserta didik. Pendidik yang setiap hari bergaul dengan para muridnya berkewajiban membantu pertumbuhan dan perkembangan mereka dalam mewujudkan kedewasaannya, baik berupa kedewasaan biologis, psikologis, paedagogis dan kedewasaan sosiologis.
Berkaitan dengan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tesis dengan judul “PENGARUH PENGAJARAN COOPERATIVE LEARNING TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR SISWA  DALAM BIDANG AKIDAH AKHLAK (Penelitian pada Siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah Az-Zahra Selacau Batujajar Kabupaten Bandung Barat)”.
C.    Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan adalah sebagai berikut :
1.      Bagaimana penerapan pengajaran cooperative learning dalam bidang akidah akhlak?
2.      Seberapa besar pengaruh penerapan pengajaran cooperative learning dalam bidang akidah akhlak terhadap motivasi belajar siswa di MTs. Selacau Batujajar?
3.      Seberapa besar pengaruh penerapan pengajaran cooperative learning dalam bidang akidah akhlak terhadap prestasi belajar siswa di MTs. Selacau Batujajar?
4.      Seberapa besar pengaruh penerapan pengajaran cooperative learning dalam bidang akidah akhlak terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa di MTs. Selacau Batujajar?
D.    Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan data empirik, menganalisis data, menemukan model hasil analisis serta menguji kebermaknaan pengaruh pengajaran cooperative learning terhadap motivasi belajar dan prestasi siswa di MTs. Selacau Batujajar. Secara khusus penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui:  
1.      Penerapan pengajaran cooperative learning dalam bidang akidah akhlak
2.      Signifikasi pengaruh pelaksanaan pengajaran cooperative learning dalam bidang akidah akhlak terhadap motivasi belajar siswa di MTs. Selacau Batujajar?
3.      Signifikasi pengaruh pelaksanaan pengajaran cooperative learning dalam bidang akidah akhlak terhadap prestasi belajar siswa di MTs. Selacau Batujajar?
4.      Signifikasi pengaruh pelaksanaan pengajaran cooperative learning dalam bidang akidah akhlak terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa di MTs. Selacau Batujajar?
E.     Kegunaan Penelitian
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat untuk kepentingan teoritis dan praktis. Secara teoritis penelitian ini bermanfaat antara lain : (1) Memberikan pengaruh yang berdaya guna secara teoritis, metodologis dan empiris bagi kepentingan akademis dalam ilmu pengetahuan pendidikan khususnya pada bidang akidah akhlak; (2) Dapat dijadikan sebagai pola dan strategis dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran; dan (3) Dapat dijadikan sebagai alternative model inovasi dalam pengembangan model pembelajaran bagi para guru akidah akhlak.
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk dijadikan informasi bagi para guru akidah akhlak dalam meningkatkan dan mengembangkan model-model pembelajaran, bahan masukan bagi guru-guru MTs. Az-Zahra Selacau Batujajar, dan bahan kajian lebih lanjut bagi peneliti selanjutnya sehingga hasilnya lebih luas dan mendalam. 
F.     Kerangka Pemikiran
Secara filosofis, Sokrates menegaskan bahwa pendidikan merupakan proses pengembangan manusia ke arah kearifan (wisdom), pengetahuan (knowledge), dan etika (conduct). Oleh karena itu pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang dan berkesinambungan adalah nilai pendidikan yang paling tinggi[4].  Di sisi lain pendidikan harus pula berarti educare yang berarti membimbing, menuntun, dan memimpin. Marimba mengemukakan pendidikan adalah bimbingan atau pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama[5].  Dalam pelaksanaannya pendidikan yang educare ini lebih merupakan aktivitas hidup yang menyertai, mengantar, mendampingi, membimbing, memampukan peserta didik sehingga tumbuh berkembang sampai pada tujuan pendidikan yang dicita-citakan, bukan terjebak pada banyaknya materi yang dipaksakan dan harus dikuasai oleh peserta didik[6].
Membicarakan pendidikan tidak akan terlepas dari membicarakan guru dan beserta siswanya. Guru mempunyai fungsi sangat strategis dalam pengembangan pendidikan. Guru dipandang sebagai pekerjaan yang menjanjikan masa depan yang baik bagi para pelakunya. Siapa saja bisa menjadi guru, akan tetapi apakah dia mampu untuk membimbing dan mendidik dengan baik, karena tugas guru secara umum adalah mendidik. Dalam hal mendidik inilah yang tidak mudah untuk dilakukan oleh para guru. Guru harus berperan sebagai sebagai perencana (designer), pelaksana (implementer), dan penilai (evaluator) pembelajaran[7]. Dalam kegiatan pembelajaran ini guru melakukan suatu proses perubahan positif pada siswa yang ditandai dengan perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap, keterampilan, kecakapan, dan kompetensi serta aspek lain pada diri siswa.
Trend dunia pendidikan abad 21 menuntut pola pembelajaran yang lebih memberdayakan multikecerdasan peserta didiknya. Prinsip-prinsip pendidikan yang dikemukakan oleh Unesco, sebagaimana dikutip Mulyasa, bahwa pendidikan harus diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar untuk mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to do), belajar hidup dalam kebersamaan (learning to life together), belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar seumur hidup (life long learning)[8]..   Dalam dunia pendidikan, penerapan model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam mencapai tujuan. Model pembelajaran yang tepat akan membantu proses pembelajaran. Sehingga guru dituntut memiliki komitmen yang tinggi untuk melakukan kinerja yang baik dan efektif, yaitu dengan melakukan program pembelajaran yang diharapkan mampu menghasilkan output dan outcome yang mencapai standar, dalam hal ini termasuk pengembangan model pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Pengembangan model belajar yang efektif dan sesuai dengan kebutuhan siswa akan membantu siswa memahami materi pelajaran.  Sehingga guru menjadi penentu kualitas di suatu sekolah/madrasah[9].
Dalam pengembangan model pembelajaran guru perlu pula memperhatikan berbagai potensi siswa.  Siswa distimulasi rasa ingin tahunya, daya imajinasi dan sikap kritisnya agar melahirkan daya kreatif yang membuat suasana belajar menjadi bermakna. Karena pada hakekatnya proses pembelajaran adalah proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, maupun siswa dengan siswa.  Sehingga guru yang professional dalam proses pembelajaran dituntut: (1) menguasai bahan ajar,       (2) mempunyai kemampuan mengelola kelas, (3) mampu menggunakan metode, media dan sumber belajar, (4) berkemampuan melakukan penilaian baik proses maupun hasil[10].  
Mata pelajaran akidah akhlak yang mempunyai tujuan agar siswa dapat mengenal, memahami, menghayati dan mengimani Allah Swt, dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan al-Quran dan Hadits merupakan mata pelajaran yang penting sehingga diperlukan model pembelajaran yang tepat agar tujuan pembelajaran tercapai. Dari keempat model pembelajaran yang di kelompokan oleh Joyce dkk, hendaknya para guru dapat mengembangkan model-model tersebut dalam proses pembelajaran sehingga berujung pada keberhasilan dan pencapaian tujuan mata pelajaran akidah akhlak. Saat guru memilih model pembelajaran, maka ia pula harus memperhatikan aspek kognitif, afektif dan psikomotor siswa sesuai dengan tingkatannya yang akan memudahkan siswa dalam memahami pembelajaran. Ciri keberhasilan pembelajaran bukanlah terletak pada satu aspek kognitif saja atau afektif saja tapi merupakan gabungan dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor[11].  
Penggunaan model pembelajaran oleh guru akidah akhlak tidak hanya dituntut memahami dengan baik langkah-langkah penerapan model tersebut dalam pembelajaran, akan tetapi juga harus memahami pandangan dasar yang melatar belakangi lahirnya model tersebut. Memahami pandangan yang komprehensif terhadap model pembelajaran, akan sangat membantu keberhasilan pembelajaran, mengingat model pembelajaran berfungsi sebagai panduan dan pedoman bagi guru dalam melaksanakan proses pembelajaran. Sehingga hasil belajar menjadi maksimal.
Berdasarkan teori tersebut, penulis berasumsi bahwa semakin guru mampu melakukan pengembangan model pembelajaran yang tepat bagi siswa, maka akan dicapai hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat dikembangkan dalam mata pelajaran akidah akhlak adalah model pembelajaran cooperative learning.
Menurut Slavin, cooperative learning adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok hetorogen[12]. Sistim kerja/belajar kelompok ini sebenarnya tidak asing bagi masyarakat Indonesia yang terbiasa hidup dalam lingkungan gotong-royong. Ironisnya, model pembelajaran cooperative learning belum banyak diterapkan dalam pendidikan walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam kehidupan bermasyarakat.
Istilah cooperative sering dimaknai dengan acting together with a common purpose (tindakan bersama dengan tujuan bersama). Istilah ini mengandung pengertian bekerja sama dalam mencapai tujuan bersama. Hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Basyiruddin Usman, yang mendefinisikan istilah cooperative sebagai belajar kelompok atau bekerjasama[13]. Sementara itu, Burton sebagaimana dikutip oleh Nasution, mendefiniskan cooperative atau kerjasama adalah cara individu mengadakan relasi dan bekerjasama dengan individu lain untuk mencapai tujuan bersama[14].
Sedangkan istilah learning sering dimaknai dengan the process through which experience causes permanent change in knowledge and behavior, yakni suatu proses melalui pengalaman yang menyebabkan perubahan permanen dalam pengetahuan dan perilaku. Dalam definisi lain, istilah learning adalah modification of behavior through experience and training, yakni pembentukan prilaku melalui pengalaman dan latihan. Dalam hal ini learning sebagai kegiatan memperoleh pengetahuan, perilaku dan keterampilan dengan cara mengolah bahan ajar.
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur model pembelajaran gotong royong yaitu [15]:  Saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota, dan evaluasi proses kelompok.
Yang menjadi ciri penting dari cooperative learning adalah: (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu mengembangkan keterampilan interpersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi dengan kelompok disaat diperlukan[16].  Sedangkan tujuan model cooperative learning dikembangkan setidaknya mempunyai tiga tujuan utama, yaitu: (a) hasil belajar akademik siswa meningkat, (b) siswa dapat menerima berbagai keragaman dari temannya, serta   (c) berkembangnya keterampilan sosial.
Dalam model cooperative berbeda dengan model kompetisi yang menciptakan persaingan di kelas hingga menciptakan kecemasan tidak bisa berprestasi dan merusak motivasi belajar para siswa. Padahal motivasi dalam belajar adalah faktor yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar. Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu. Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka, supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar secara aktif.
Sejumlah peneliti menunjukan bahwa hasil belajar siswa pada umumnya meningkat jika anak memiliki motivasi yang kuat dalam belajar. Sardiman[17] mengatakan motivation is an essential condition of learning. Motivasi dapat menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh atau mencapai tujuan tertentu yaitu prestasi belajar yang baik. Motivasi dapat diartikan keadaan internal organism, baik manusia maupun hewan yang mendorongnya untuk berbuat sesuatu. Motivasi ini adalah sumber pemasok daya (energizer) untuk bertingkah secara terarah[18].  Motivasi belajar yang tinggi akan menentukan intensitas usaha belajar yang dilakukan siswa. Siswa yang memiliki  motivasi belajar tinggi akan tekun dalam belajar dan terus belajar secara kontinyu tanpa mengenal putus asa serta dapat mengesampingkan hal-hal yang dapat  mengganggu kegiatan belajar yang dilakukannya. Motivasi berfungsi sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan melahirkan prestasi yang baik juga[19]
Menurut Muhammad Surya[20] prestasi adalah keseluruhan kecakapan yang diperoleh dalam proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan nilai-nilai berdasarkan test proses belajar. Sedangkan Muhibbin Syah[21] menyatakan prestasi belajar merupakan tarap keberhasilan seseorang setelah melakukan proses belajar mengajar. Prestasi belajar ini dapat dioperasionalkan dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai raport, indeks prestasi studi, angka kelulusan dan predikat keberhasilan[22]. Prestasi belajar dalam penelitian ini secara konseptual diartikan sebagai hasil kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka yang mencerminkan hasil yang sudah dicapai oleh setiap anak baik berupa kemampuan kognitif, afektif, maupun psikomotor yang dapat diukur dari tes atau hasil ujian siswa.
Dari uraian di atas diduga terdapat pengaruh antara model cooperative learning dalam pembelajaran akidah akhlak terhadap motivasi belajar dan prestasi siswa, sehingga setelah penerapan model cooperative learning diharapkan semakin meningkatkan motivasi belajar dan prestasi siswa dalam pemahaman terhadap materi pelajaran akidah akhlak.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dibuat model penelitian sebagai berikut :


Gambar. 1.1
Kerangka Penelitian

 












G.    Hipotesis
Hipotesis adalah proposisi yang sudah dirumuskan sedemikian rupa dan sementara diterima untuk diuji kebenarannya. Sementara Good dan Scates mengatakan bahwa hipotesis adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah penelitian selanjutnya[23].
Berdasarkan uraian di atas hipotesa penelitian yang diajukan adalah sebagai berikut:
H1 :
1.       
Penerapan model pengajaran cooperatif learning berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa dalam bidang akidah akhlak di MTs. Az-Zahra Selacau Batujajar.

2.
Penerapan model pengajaran cooperatif learning berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dalam bidang akidah akhlak di MTs. Az-Zahra Selacau Batujajar.

3.
Penerapan model pengajaran cooperatif learning berpengaruh terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa dalam bidang akidah akhlak di MTs. Az-Zahra Selacau Batujajar.
H0 :
1.
Penerapan model pengajaran cooperatif learning tidak berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa dalam bidang akidah akhlak di MTs. Az-Zahra Selacau Batujajar.

2.
Penerapan model pengajaran cooperatif learning tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dalam bidang akidah akhlak di MTs. Az-Zahra Selacau Batujajar.

3.
Penerapan model pengajaran cooperatif learning tidak berpengaruh terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa dalam bidang akidah akhlak di MTs. Az-Zahra Selacau Batujajar.
H.    Metodologi Penelitian
Metodologi kuantitatif yaitu metodologi yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan sampel pada umumnya dilakukan secara acak, pengumpulan data menggunakan instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan.[24]
Penelitian ini adalah suatu kegiatan untuk meneliti yang mengumpulkan dan memproses fakta-fakta yang ada, sehingga fakta itu dapat dikomunikasikan oleh peneliti. Pendekatan penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif. Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksplanatoris (explanatory research) karena penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan 3 (tiga) variabel, yaitu mengenai pengaruh model pembelajaran cooperatif learning sebagai variabel bebas (independent variables, dengan notasi statistik X), motivasi belajar siswa sebagai variabel terikat (dependent variable, dengan notasi statistik Y1), prestasi belajar siswa sebagai variabel terikat (dependent variable, dengan notasi statistik Y2).


1.      Jenis Data
Data yang dihasilkan dari penelitian ini berupa fakta dan angka. Sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif  adalah data-data yang berasal dari literature maupun dokumen-dokumen yang menunjang dalam penelitian ini. Dan data kuantitatif adalah tentang pengaruh model cooperative learning dalam pembelajaran akidah akhlak terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa yang berupa angka-angka atau data kualitatif yang diangkakan (scoring).
2.      Sumber Data, Populasi dan Sampel
Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh dari subjek penelitian sesuai dengan ruang lingkup kebutuhan. Dan data sekunder adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti maupun dari dokumen dan catatan lainnya yang menunjang dalam penelitian.
Data primer dalam penelitian ini diperoleh dari responden-responden yang terdiri dari siswa MTs. Az-Zahra Selacau melalui angket. Sedangkan data sekunder berasal dari data-data lain yang berkaitan dengan masalah penelitian. Data sekunder ini diperoleh dari buku-buku, teori, beberapa dokumen dan arsip-arsip yang menunjang penelitian baik dari kepala madrasah, guru-guru, maupun petugas tata usaha.
Sugiono menyatakan[25] bahwa populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas subyek/obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi  dalam penelitian ini  adalah seluruh siswa MTs. Az-Zahra Selacau Batujajar.
Teknik sampel dalam penelitian ini menggunakan Propability Sampling. Sampel adalah bagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Pada penelitian ini maka sampel yang digunakan berasal dari siswa kelas VIII yang berjumlah 72 orang dari populasi seluruh siswa kelas VIII atau sampel jenuh.
Masing-masing data tersebut dioperasionalkan ke dalam subvariabel dan indikator sebagai berikut:
Tabel 1.1
Oprasional Variabel

VARIABEL
DIMENSI
INDIKATOR
Model Cooperative learning
(X)




1.    Positive Interdependence/
     ketergantungan  
     positif

a.   Hubungan timbal balik yang didasari adanya kepentingan yang sama
b.   Membangun ide-ide
c.   Keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain
2.    Personal responsibility/
    tanggung jawab  
    individual

a.    Memahami perannya sebagai organizer ataupun reporter
b.    Pembagian tugas yang adil setiap individu
c.    Menciptakan hubungan antar pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang efektif
3.    Face to face promotive interaction/
     tatap muka

a.    Interaksi terjadi antar siswa tanpa perantara
b.    Menunjukan penerimaan terhadap pertemuan kelompok
c.    Tidak menonjolkan kekuatan individu
4.    Interpersonal skill/keterampilan interpersonal
a.   Berbagi pengalaman, perasaan ide atau opini 
b.    Berpikiran logis
c.   Menerima saran  yang membangun  atau perbedaan dengan cara yang bersahabat
5.    Group processing/proses kelompok

a. Merujuk pada sumber bacaan selama diskusi
b. Melibatkan dan mengenal kontribusi orang lain
c. Menerima kompromi sebagai cara menyelesaikan konflik
Motivasi Belajar siswa
(Y1)

1. Durasi kegiatan
a.    Lamanya waktu belajar
b.   Lama konsentrasi pada saat belajar
2. Frekuensi 
    kegiatan 
a.  Sering membaca buku pelajaran
b.   Sering melakukan kegiatan belajar  
3. Persistensi/gigih
a.   Kegigihan dalam mencapai tujuan belajar
b.   Kerja keras untuk mencapai tujuan belajar
1.    Ketabahan, keuletan, dan kemampuan
a.   Tabah menghadapi rintangan
b.   Ulet dalam mencapai tujuan
2.    Pengabdian dan pengorbanan
a.   Pengabdian yang tinggi untuk mencapai tujuan
b.   Rela berkorban untuk berupa uang, tenaga, bahkan jiwa
3.    Tingkat aspirasi
a.   Memiliki cita-cita yang tinggi
b.   Memiliki keinginan untuk aktualisasi diri
c.   Memiliki idola
4.    Tingkat kualifikasi 
a.   Memiliki prestasi yang memuaskan
b.   Memiliki keterampilan
5.    Arah sikap terhadap sasaran kegiatan
a.   Memiliki sikap yang baik terhadap guru
b.   Memiliki sikap yang baik terhadap pelajaran yang dihadapinya
Prestasi Belajar Siswa
(Y2)
1.    Kognitif
a.   Pengamatan
b.   Ingatan
c.   Pemahaman
d.  Penerapan
e.   Analisis
f.    Sintestis
2.    Afektif
a.   Penerimaan
b.   Sambutan
c.   Apresiasi
d.  Internalisasi
e.   Karakterisasi
3.    Psikomotor
a.    Keterampolan bergerak dan bertindak
b.    Kecakapan ekspresi verbal dan nonverbal


3.      Teknik Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut :
a.       Angket atau Kuisioner  
Angket atau kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau penyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya [26]. Angkat atau kuisioner ini diukur melalui perencanaan yang matang, disusun dan dikemas sedemikian rupa, sehingga jawaban dari semua pertanyaan benar-benar dapat menggambarkan keadaan variabel yang sebenarnya. Dalam angket ini responden diminta menentukan jawaban yang sesuai dengan memberi tanda cek (√)  pada daftar yang telah tersedia.
b.      Test
Test digunakan untuk mengetahui nilai hasil belajar pada pokok bahasan pembelajaran akidah akhlak. Test dalam penelitian ini berupa test tertulis. Data yang diperoleh akan digunakan untuk mencari hasil prestasi belajar dari responden
c.       Observasi
Observasi berarti pengamatan yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah, sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checking atau pembuktian terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya. Observasi digunakan untuk mengamati dan mencatat fenomena-fenomena yang diselidiki secara sistematik. Observasi ini lebih spesifik dari wawancara dan kuesioner yang bisa digunakan dalam penelitian yang berkenaan dengan dengan prilaku manusia, proses kerja, gejala alam dan bila respon yang diamatinya tidak terlalu besar [27].  Dalam penelitian ini observasi ditujukan untuk memperoleh gambaran jelas tentang pengaruh model pembelajaran cooperative learning terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa.
d.      Wawancara
Yaitu pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan kepada orang-orang yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu. Wawancara dapat dijadikan alat kontrol data yang dianggap meragukan yang diperoleh kuisioner maupun observasi. Hasil kuisioner senantiasa terbatas mengingat kompleksitas fenomena sosial dan juga rumitnya motif para responden yang diteliti. Oleh karenanya dalam pengumpulan data melalui kuisioner harus dilakukan kontrol melalui wawancara. Selain untuk menghindari salah interpretasi atau kesalahan dalam pengisian selagi tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Adapun wawancara di sini dilakukan khusus dengan para pejabat yang punya kaitannya dengan penelitian yang dilakukan.
e.       Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan untuk mengetahui daftar nama-nama siswa yang akan menjadi populasi penelitian dan daftar nama-nama siswa yang akan menjadi responden dalam penelitian ini.  Metode ini digunakan untuk mendapatkan informasi tentang data siswa yang berasal dari arsip data administrasi yang diperoleh dari tata usaha MTs. Az-Zahra Selacau.
f.       Analisis Data
Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, selanjutnya dilakukan langkah-langkah analisa data dan pengujian hipotesis melalui pendekatan olahan data statistik SPSS 16.0 kemudian data ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan pembacaan dan diberikan penjelasan. Analisis data digunakan analisis data kuantitatif.
4.      Prosedur dan Pemeriksaan Uji Keabsahan Data
Untuk memastikan validitas dan reliabilitasnya atau menguji keabsahan data, maka dilakukan pengujian sebagai berikut:
a.         Uji Validitas
Validitas atau kesahihan adalah kualitas yang menunjukan hubungan antara suatu pengukuran (diagnosis) dengan arti tujuan kriteria belajar atau tingkah laku. Uji validitas menggunakan korelasi pearson product moment correlation dengan bantuan SPSS 16.0.
Untuk menguji alat ukur angkat, terlebih dahulu dicari angka korelasi bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan, yaitu dengan cara mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor yang merupakan jumlah setiap butir dengan menggunakan rumus pearson product moment correlation. Rumus yang digunakan yaitu :
Keterangan :
       = Koefesien korelasi skor item dan skor total
N         = Banyaknya subjek
∑X       = Jumlah skor item
∑Y       = Jumlah skor total
∑X Y   = Jumlah perkalian skor item dengan skor total
    = Jumlah kuadrat skor item
    = Jumlah kuadrat skol total
            Jika koefisien korelasinya lebih besar dari pada 0,30 maka butir anget dianggap valid; sebaliknya, jika kurang dari pada 0,30, maka dianggap tidak valid.
b.      Uji Reliabelitas
Uji reliabilitas dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian dilakukan dengan test-pretest (stability, equivalent) dan gabungan keduanya. Secara internal reliabelitas instrumen diuji dengan menganalisis konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu[28].
Untuk menguji relibilitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi secara keseluruhan dengan menggunakan korelasi product moment, dengan rumus yang digunakan :
Keterangan :
JK1       = Jumlah kuadrat dari seluruh skor item
JKs      = Penjumlahan dari hasil kuadrat subjek
n          = Jumlah responden
Kemudian untuk mencari relibilitas dengan menggunakan rumus Alfa Croanbach yaitu : 
Keterangan :
         = Reliabilitas yang dicari
    = Jumlah varians skor butir
        = Varian total
          = Banyaknya butir
Hasil pengujian reliabilitas pada instrumen penelitian ini menggunakan rumus “Alpha Cronbach’. Penghitungan dilakukan dengan dibantu komputer program SPSS 16.0.
5.      Paradigma Penelitian
Adapun paradigma penelitian sesuai dengan model penelitian tergambar pada hubungan kausal antara X, Y1 dan Y2 sebagai berikut :
Gambar 3.1
Paradigma Penelitian
                                                                      
                         

                                   
                                                                                               
                                                                           
Keterangan :

X                     = Variabel bebas model cooperative learning
Y1                    = Variabel terikat motivasi belajar siswa
Y2                   = Variabel terikat hasil belajar siswa
 ρ Y1 X            = Koefisien  jalur  pengaruh  model   cooperative   learning
                           terhadap motivasi
 ρ Y2 X             = Koefisien  jalur  pengaruh  model   cooperative   learning
terhadap prestasi siswa
  e = Epsilon    = Faktor-faktor lainnya yang tidak diukur
  ρ Y1 e1            = Koefisian  antara  variabel  yang   tidak   diketahui  dalam
    motivasi belajar siswa
ρ Y2 e2              = Koefisien  antara  variabel  yang  tidak   diketahui   dalam
    prestasi  belajar siswa
            Sesuai dengan paradigma tersebut, maka hipotesis yang diuji dalam penelitian adalah sebagai berikut:
1.
H0 :
Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan dari pengajaran cooperative learning dengan motivasi belajar siswa;

H1 :
Terdapat hubungan positif dan signifikan dari pengajaran cooperative learning dengan motivasi belajar siswa:


H0 : ò  Y.1 = 0
H1 : ò  Y.1 > 0
2.
H0 :
Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan dari pengajaran cooperative learning dengan prestasi belajar siswa;

H1 :
Terdapat hubungan yang positif dan siginifikan dari pengajaran cooperative learning dengan prestasi belajar siswa:


H0 : ò  Y.2 = 0
H1 : ò  Y.2 > 0
3.
H0 :
Tidak terdapat hubungan yang positif dan signifikan dari pengajaran cooperative learning dengan motivasi dan prestasi belajar siswa;

H1 :
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan dari pengajaran cooperative learning dengan motivasi dan prestasi belajar siswa;


H0 : ò  Y.12 = 0
H1 : ò   Y.12 >0
Semua data hasil penyebaran angket ini diberi skor dan dianalisis dengan menggunakan uji statistik. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah teknik korelasi dan regresi, yaitu dengan korelasi sederhana untuk menentukan hubungan masing-masing variabel X dengan Y1 dan Y2, regresi sederhana, untuk menentukan kontribusi variabel X terhadap variabel Y1 dan Y2.
Untuk menggunakan analisis regresi, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi yaitu: (1) sampel diambil secara acak, (2) variabel berhubungan secara linear, dan (3) variabel berdistribusi normal atau mendekati normal.
Adapun langkah-langkah dalam analisisnya adalah sebagai berikut :
a.    Mengolah skor dari tiga instrument penelitian ke dalam bentuk penyebaran data yang disajikan dalam bentuk pengelompokan data yang dapat dihitung dengan rumus:
K = R/C
Dimana :
K        = Kategori
R (Range)        = Angka maksimum – angka minimum
C (Class)          = 1 + 3,3 Log n
Kemudian menghitung rata-rata hitung dengan rumus :
Artinya :
Xr     = rata-rata hitung
åfX  = jumlah skor variabel
n       = jumlah sampel
Selanjutnya, menghitung simpangan baku atau standar deviasi skor masing-masing variabel dengan rumus :
yang berarti :
Sd    = Standar deviasi
Xr    = skor rata-rata
N     = jumlah responden
åfX = jumlah skor variabel
b.    Menentukan persamaan regresi sederhana dengan menggunakan rumus:
Y = a + bX
dimana :
a      = konstanta
b      = (beta) elastisitas
X     = variabel X
Sedangkan keberartiannya (signifikansi) dihitung dengan rumus F yang notasinya adalah sebagai berikut :
dimana :
Sx2= jumlah kuadrat variabel X
Sy  = jumlah kuadrat variabel Y
c.    Menghitung korelasi sederhana antara variabel yang ada dengan rumus korelasi sederhana yang notasi rumusnya adalah :
Keterangan :
Rxy             = Koefisien korelasi X dan Y
åX2            = Jumlah kuadrat dari skor variabel X
åX              = Jumlah skor variabel X
åY2            = Jumlah kuadrat dari skor variabel Y
åY             = Jumlah skor variabel Y       
Dilanjutkan dengan uji signifikansi koefisien korelasi sederhana dengan rumus:
d.   Menentukan persamaan regresi ganda, dan uji keberatan regresi linear ganda melalui rumus ;
Y = a + bX1 + bX2
Dan uji keberatan regresi linear ganda melalui uji F dengan rumus:
e.    Menghitung koefisien korelasi ganda dan uji keberartiannya dengan rumus:
Dan
Terakhir adalah menghitung korelasi persial, pengujian keberartian   koefisien korelasi parsial dengan rumus sebagai berikut :
Kebermaknaanya dilakukan dengan uji r seperti yang telah dipresentasikan pada pembicaraan sebelumnya. Semua notasi rumusan statistik di atas dikutip dari buku Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D,  Karya Sugiyono penerbit Alfabeta Bandung tahun 2010 dan proses perhitungannya akan dilakukan dengan menggunakan alat bantu computer dengan SPSS 16.0 for window kemudian dianalisis dan diinterpretasikan sesuai kebutuhan analisis.
I.       Penelitian Yang Terdahulu
Penelitian-penelitian tentang model pembelajaran secara umum telah banyak dilakukan dengan berbagai macam landasan teori dan model pembelajaran. Pertama, penulis Etat Siti Latifah (2009) dalam tesisnya yang berjudul ”Pengaruh Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam” substansi yang dibahas dalam penelitian ini adalah  model pembelajara kooperatif, motifasi dan prestasi. Penelitiannya bertujuan untuk mengatahui pengaruh metode pembelajaran cooperative terhadap motivasi untuk mengatahui pengaruh metode pembelajaran cooperative terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini lebih besifat umum yaitu penelitian pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan melihat pengaruh dari penerapan model cooperative terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa.
Kedua, penulis H. Apip Solahah (2009) dalam tesisnya yang berjudul “Pengaruh kinerja Guru dan Motivasi Belajar Terhadap Prestasi Belajar Siswa dalam Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam ( Penelitian Terhadap Siswa kelas VIII SMPN 7 Bandung)”. Substansi masalah yang dibahas pada penelitian ini adalah kinerja guru memberikan pengaruh terhadap prestasi belajar siswa, demikian pula bahwa prestasi belajar siswa tidak hanya dipengaruhi oleh kinerja guru, melainkan juga oleh motivasi belajar siswa.
Ketiga, penulis Maman Suryaman (2010) dalam tesisnya dengan judul “Penerapan Pendekatan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Assisted Instruction dan Cooperative Integrated dan Composition untuk Meningkatkan Pemahaman Qur’an Siswa SMKN 4 Kota Tangerang”. Substansi yang dibahas dalam penelitian ini adalah Penbelajaran Kooperatif dan peningkatan pemahaman Qur’an. Tujuan penelitian ini mengetahui penerapan pembelajaran cooperative tipe Tipe Team Assisted Instruction (TAI) dan Cooperative Integrated dan Composition (CIC) untuk meningkatkan pemahaman  al-Qur’an siswa. Dengan metode penelitian yang digunakan metode kualitatif dan pendekatan eksperimen.
Setelah mencermati beberapa penelitian di atas, penulis melihat kurang tajamnya peneliti mengupas model cooperative learning. Penulis berkeinginan melanjutkan dan  lebih mempertajam kajian dengan mengadakan pembuktian di lapangan tentang model cooperative learning dengan mata pelajaran lebih khusus yaitu mata pelajaran akidah akhlak dengan pengaruhnya terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa. Penulis ingin membantu para guru serta siswa untuk memudahkan mereka memahami dan menguasai materi pembelajaran akidah akhlak dengan mudah sehingga mendorong mereka untuk lebih berprestasi, dan mempunyai motivasi belajar yang tinggi.


DAFTAR PUSTAKA
 


Ahmadi, Abu dan Uhbiyati, Nur. 2003.  Ilmu Pendidikan, Jakarta: Rineka Cipta

Anwar, Rosihan. 2008. Akidah Akhlak, Bandung: Pustaka Setia

Arifin, M. Ed.  1991. Filsafar Pendidikan Islam, Jakarta: Bumi Aksara

Arikunto, Suharsimi. 1996. Prosedur Penelitian, Jakarta: Rhineka Cipta

Baharudin. 2009. Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media

Departemen Agama. 2003. Kurikulum dan Hasil Belajar akidah Akhlak MA, Jakarta: DEPAG

Djamarah, Syaiful Bahari dan Zain, Aswan. 1998. Strategi Belajar Mengajar, Jakarta: Rineka Cipta

Hamalik, Oemar. 2009. Psikologi Belajar dan Mengajar, Bandung: Sinar Baru Algesindo

Isjoni. 2010. Cooperative Learning; Efektifitas Pembelajaran Kelompok, Bandung: Alfabeta

Lie, Anita. 2008. Cooperative Learning; Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, Jakarta: PT. Gramedia

Mulyasa. 2002. Kurikulum Berbasis Kompetensi, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Mulyasa. 2010. Menjadi Guru Profesional: Menciptakan pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, Bandung: PT Remaja Rosdakarya

Purwanto, Ngalim. 1998. Psikologi Pendidikan, Bandung, Remaja Rosdakarya

Q-Annes, Bambang dan Hambali, Adeng. 2008.  Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an, Bandung: Simbiosa Sekatama Media

Sanjaya, Wina. 2010. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan,  Jakarta: Kencana

Sardiman A.M. 2010. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, Jakarta: Rajawali Press

Sudjana, Nana. 2005. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, Bandung: Remaja Rosdakarya

Sugiono, 2010, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta

Surachmad, Winarno. 1994. Pengantar Penelitian Ilmiah, Bandung: Tarsito

Syah, Muhibbin. 2010. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, Bandung: Remaja Rosdakarya

Tafsir, Ahmad. 2008. Ilmu Pendidikan dalam Persfektif Islam, Bandung: Rosdakarya

Tafsir, Ahmad. 2008. Strategi Meningkatkan Mutu Pendidikan Agama Islam di Sekolah, Bandung: Maestro

Tim Penyusun Kamus Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 1989. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Jakarta, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan & Balai Pustaka

UU Sistem Pendidikan Nasional (UU RI No. 20 Tahun 2003)







[1]Alisuf Sabri, Psikologi Pendidikan, (Jakarta: Pedoman Ilmu Jaya, 1996), hlm.82
[2]Baharudin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm.50
[3]Elida Prayitno, Motivasi dalam Belajar, (Jakarta: PPLPTK Depdikbud, 1989), hlm.3

[4]Zaim Elmubarok, Membumikan Pendidikan Nilai; Mengumpulkan yang Terserak Menyambungkan yang Terputus dan Menyatukan yang Tercerai, (Bandung: Alfabeta, 2009), cet. ke-2, hlm.3
[5]Ahmad Tafsir, Ilmu Pendidikan dalam Perspektif Islam, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2008), cet. ke-8, hlm.24
[6]Ibid., hlm.14
[7]Mulyasa, Menjadi Guru Profesional; Menciptakan Pembelajaran Kreatif dan Menyenangkan, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), cet. ke-10, hlm.14
[8]Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2002), hlm.5
[9]Baharudin, Pendidikan dan Psikologi Perkembangan, (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2009), hlm.199
[10]M. Sobry Sutikno, Belajar dan Pembelajaran, Upaya Kreatif dalam Mewujudkan Pembelajaran yang Berhasil, (Bandung: Prospect, 2009), hlm.47
[11]Ibid., hlm.162
[12]Isjoni, Cooperative Learning; Efektifitas Pembelajaran Kelompok, (Bandung: Alfabeta, 2010), cet. ke-3, hlm.12
[13]Basyiruddin Usman, Metode Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta: Ciputat Press, 2002), hlm.14
[14]Nasution, Didaktik Azas Mengajar, (Bandung: Bumi Aksara, 2000), hlm.148
   [15]Anita Lie, Cooperative Learning; Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta: PT. Gramedia) hlm.31
[16]Ibid., hlm. 20 
[17]Sardiman A.M, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar, (Jakarta: Rajawali Press, 2010) hlm.84
[18]Muhibbin Syah, Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru, (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2010), cet. ke. hlm. 134
[19]Ibid., hlm.86
[20]Muhammad Surya, Dasar-dasar Konseling Pendidikan Teori dan Konsep, (Jogjakarta: Kota Kembang, 1985), hlm.9
[21]Op Cit, hlm.141
[22]Saifudin Azwar, Pengantar Psikologi Intelegensi, (Jogyakarta: Pustaka Pelajar, 1996), hlm.44
[23]Moh. Nasir, Metode Penelitian, (Jakarta: Ghalia, 2003), h.182
[24] Sugiono, Metode  Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2012)
[25]Sugiono, Metode Penelitian Administrasi, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.117
[26]Ibid., h.199
[27]Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), h.203
[28]Sugiono, Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, (Bandung: Alfabeta, 2010), hlm. 183

VHD FRESH TERBARU VERSI 14.22.7.0 PELAKSANAAN GLADI DAN ANBK UTAMA 2022

 Asesmen Nasional atau biasa disingkat AN adalah evaluasi yang dilakukan oleh pemerintah untuk pemetaan mutu sistem pendidikan pada tingkat ...