B.
Latar Belakang
Masalah
Berdasarkan pengamatan awal di Madrasah Tsanawiyah Az-Zahra
Selacau yang berlokasi di Desa Selacau Kecamatan Batujajar Kabupaten Bandung
Barat, ada temuan yang menarik untuk dijadikan sebagai bahan penelitian, yaitu
model pembelajaran yang dilakukan oleh guru masih cenderung menggunakan metode
konvensional yang teacher center seperti, menulis, mendikte, ceramah dan
sebagainya yang bersifat satu arah, sehingga masih bersifat meminimalkan peran
siswa dalam proses pembelajaran dan tidak memberikan pengalaman belajar yang
dapat memberikan motivasi belajar yang tinggi dalam meningkatan prestasi
belajar yang signifikan bagi siswa.
Rendahnya nilai hasil belajar siswa merupakan
masalah yang serius dan perlu mendapatkan perhatian penuh dari semua pihak,
baik pemerintah, sekolah maupun siswa itu sendiri. Rendahnya nilai hasil belajar siswa disebabkan oleh banyak hal, diantaranya kurang tepatnya metode pembelajaran yang digunakan oleh guru, sehingga siswa merasa jenuh dan bosan ketika
belajar. Dapat pula disebabkan cara penyampaian atau penyajian materi
yang kurang menarik perhatian siswa, sehingga siswa bersikap acuh tak acuh
ketika guru menyampaikan materi. Selain itu juga, disebabkan oleh guru yang
kurang pandai mengatur strategi belajar mengajar yang dapat membangkitan motivasi belajar siswa. Metode pembelajaran masih bersifat tradisional dimana
siswa tidak banyak terlibat dalam proses pembelajaran dan keaktifan kelas
sebagian
besar didomisili oleh guru. Dari beberapa permasalahan pendidikan yang
dikemukakan di atas pendekatan pengajaran merupakan aspek permasalahan yang
memerlukan penanganan yang serius.
Pengembangan model pembelajaran
tidak hanya berlaku pada mata pelajaran umum saja
tetapi juga berlaku dalam pembelajaran pendidikan agama Islam termasuk mata pelajaran akidah akhlak.
Akan tetapi pada prakteknya guru akidah akhlak masih banyak yang belum bisa
bertindak mengembangkan model pembelajaran yang efektif bagi para siswanya,
sehingga hasil belajar tidak sesuai dengan tujuan pembelajaran akidah akhlak
yang diharapkan. Pembelajaran pada umumnya masih bersifat konvensional, atau
masih berpusat pada guru (teacher centered) dan kurang mendorong siswa
untuk mengembangkan potensinya. Para guru cenderung menekankan pada penyampaian
materi pelajaran (subject matters oriented) yang
menjadikan guru aktif
sendiri menyampaikan materi pelajaran sedangkan siswa hanya mendengar, menyimak
dan mencatat. Padahal ada banyak model pembelajaran yang dapat dikembangkan
oleh guru.
Untuk menjalankan fungsi dan
mencapai tujuan pendidikan diselenggarakan pendidikan
formal dan pendidikan nonformal. Pendidikan formal
adalah jalur pendidikan yang terstruktur dan berjenjang yang terdiri atas
pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Sedangkan
pendidikan nonformal adalah jalur pendidikan di luar pendidikan formal yang
dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang. Pendidikan formal ini
beragam jenisnya, salah satunya adalah Madrasah Tsanawiyah (MTs) yang sederajat dengan Sekolah Menengah Pertama (SMP) tetapi mempunyai ciri khas dalam mata pelajaran keagamaan dengan jumlah jam tatap muka lebih banyak. Jika
pelaksanaan mata pelajaran agama di SMP hanya dua sampai tiga jam pelajaran setiap minggunya maka di MTs
mencapai sepuluh sampai dengan sebelas jam pelajaran setiap
minggunya.
Salah satu mata pelajaran penting
yang terdapat di kurikulum madrasah adalah Mata Pelajaran Akidah Akhlak.
Sebagaimana lazimnya suatu bidang studi yang diajarkan
di sekolah, materi keilmuan dari mata pelajaran akidah akhlak ini mencakup
dimensi pengetahuan (knowledge), keterampilan
(skills), dan nilai (values).
Dalam
pelajaran akidah akhlak siswa dituntut berperan aktif dalam aktifitas belajar,
ketika siswa pasif atau hanya menerima dari guru, ada kecenderungan akan cepat
melupakan apa yang telah diberikan. Dalam
dunia pendidikan, paradigma lama mengenai proses belajar mengajar bersumber
pada teori tabula rasa Jhon Locke.
Prestasi belajar yang baik tidak
akan tercapai tanpa adanya motivasi belajar yang tinggi. Dengan motivasi dapat
menumbuhkan minat belajar siswa sehingga proses belajar menjadi menyenangkan
dan tidak membosankan. Guru berperan dalam menumbuhkan motivasi belajar siswa.
Motivasi ini penting dalam kaitannya dengan perolehan hasil belajar yang baik
dalam usaha siswa untuk mencapai sukses yang dicita-citakannya. Tingginya
motivasi dalam belajar akan menjadikan siswa tekun dalam proses belajar
mengajar dan kualitas hasil belajar siswa dapat diwujudkan dengan baik. Siswa
yang motivasi belajarnya kuat dan jelas akan tekun dan berhasil dalam
belajarnya.
Bagi seorang guru motivasi adalah penggerak atau pemacu siswa agar timbul
keinginan dan kemauan untuk meningkatkan prestasi belajarnya sehingga tercapai
tugas pendidik sesuai dengan yang diharapkan dan ditetapkan dalam kurikulum
sekolah.
Motivasi merupakan salah satu
faktor yang diduga besar pengaruhnya terhadap hasil belajar. Siswa yang
motivasinya tinggi diduga akan memperoleh hasil belajar yang baik. Pentingnya
motivasi belajar siswa terbentuk antara lain agar terjadi perubahan belajar ke
arah yang lebih positif. Pandangan ini sesuai dengan pendapat Hawley:
“Siswa yang termotivasi dengan baik dalam belajar melakukan kegiatan lebih
banyak dan lebih cepat, dibandingkan dengan siswa yang kurang termotivasi dalam
belajar. Prestasi yang diraih akan lebih baik apabila mempunyai motivasi yang
tinggi.”
Salah satu model pembelajaran yang
dicoba diterapkan untuk membantu para siswa dalam belajar pada mata pelajaran akidah akhlak adalah model pembelajaran cooperative
learning. Bentuk pembelajaran cooperative learning lebih efektif
dari pada pembelajaran tradisional yang
konvensional. Model pembelajaran cooperative learning ini selayaknya
dapat dibuktikan keberhasilannya dalam
pembelajaran mata pelajaran akidah akhlak. Terlebih bagi guru-guru yang masih menggunakan
metode konvensional. Bertitik tolak
dari fenomena yang
terjadi di MTs. Az-Zahra
Selacau Batujajar yang dalam upayanya untuk meningkatkan
motivasi dan prestasi belajar siswa guru mengembangkan berbagai model
pembelajaran salah satunya adalah model
cooperative learning. Dengan menggunakan model cooperative learning proses pembelajaran diharapkan dapat
meningkatkan motivasi dan prestasi belajar siswa dalam mata pelajaran akidah
akhlak. Sehingga dalam proses belajar mengajar mata pelajaran akidah akhlak di
madrasah akan terjadi proses interaksi antara pendidik dan peserta didik.
Pendidik yang setiap hari bergaul dengan para muridnya berkewajiban membantu
pertumbuhan dan perkembangan mereka dalam mewujudkan kedewasaannya, baik berupa
kedewasaan biologis, psikologis, paedagogis dan kedewasaan sosiologis.
Berkaitan dengan uraian di atas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian tesis dengan
judul “PENGARUH PENGAJARAN COOPERATIVE LEARNING
TERHADAP MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR
SISWA DALAM BIDANG AKIDAH AKHLAK (Penelitian
pada Siswa Kelas VIII Madrasah Tsanawiyah
Az-Zahra Selacau Batujajar Kabupaten Bandung Barat)”.
C. Rumusan
Masalah
Berdasarkan
pada latar belakang masalah di atas, maka permasalahan yang dapat dirumuskan
adalah sebagai berikut :
1. Bagaimana
penerapan pengajaran cooperative learning
dalam bidang akidah akhlak?
2. Seberapa besar pengaruh penerapan pengajaran cooperative learning dalam bidang akidah akhlak terhadap motivasi belajar siswa di MTs.
Selacau Batujajar?
3. Seberapa besar pengaruh penerapan pengajaran cooperative learning dalam bidang akidah akhlak terhadap prestasi belajar siswa di MTs. Selacau Batujajar?
4. Seberapa besar pengaruh penerapan pengajaran cooperative learning dalam bidang akidah akhlak terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa di MTs. Selacau Batujajar?
D. Tujuan
Penelitian
Penelitian
ini bertujuan untuk mendapatkan data empirik, menganalisis data, menemukan model
hasil analisis serta menguji kebermaknaan pengaruh pengajaran cooperative
learning terhadap motivasi belajar dan prestasi siswa di MTs. Selacau Batujajar. Secara khusus
penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui:
1. Penerapan
pengajaran cooperative learning dalam
bidang akidah akhlak
2. Signifikasi pengaruh pelaksanaan pengajaran cooperative learning dalam bidang akidah akhlak terhadap motivasi belajar siswa di MTs.
Selacau Batujajar?
3. Signifikasi pengaruh pelaksanaan pengajaran cooperative learning dalam bidang akidah akhlak terhadap prestasi belajar siswa di MTs. Selacau Batujajar?
4. Signifikasi pengaruh pelaksanaan pengajaran cooperative learning dalam bidang akidah akhlak terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa di MTs. Selacau Batujajar?
E. Kegunaan
Penelitian
Penelitian
ini diharapkan memberi manfaat untuk kepentingan teoritis dan praktis. Secara
teoritis penelitian ini bermanfaat antara lain : (1) Memberikan pengaruh yang berdaya
guna secara teoritis, metodologis dan empiris bagi kepentingan akademis dalam
ilmu pengetahuan pendidikan khususnya pada bidang akidah akhlak; (2) Dapat dijadikan sebagai pola dan
strategis dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran; dan (3) Dapat dijadikan sebagai
alternative model inovasi dalam pengembangan model pembelajaran bagi para guru akidah
akhlak.
Secara praktis hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat
untuk dijadikan informasi bagi para guru akidah akhlak dalam meningkatkan dan
mengembangkan model-model pembelajaran, bahan masukan bagi guru-guru MTs. Az-Zahra
Selacau Batujajar, dan bahan kajian lebih lanjut bagi peneliti
selanjutnya sehingga hasilnya lebih luas dan mendalam.
F. Kerangka
Pemikiran
Secara filosofis, Sokrates menegaskan bahwa pendidikan
merupakan proses pengembangan manusia ke arah
kearifan (wisdom), pengetahuan (knowledge), dan etika (conduct).
Oleh karena itu pengembangan aspek kognitif, afektif dan psikomotor secara seimbang
dan berkesinambungan adalah nilai pendidikan yang paling tinggi.
Di
sisi lain pendidikan harus pula berarti educare yang berarti membimbing,
menuntun, dan memimpin. Marimba mengemukakan pendidikan adalah bimbingan atau
pimpinan secara sadar oleh pendidik terhadap perkembangan jasmani dan rohani
anak didik menuju terbentuknya kepribadian yang utama[5]. Dalam pelaksanaannya pendidikan yang educare
ini lebih merupakan aktivitas hidup yang menyertai, mengantar, mendampingi,
membimbing, memampukan peserta didik sehingga tumbuh berkembang sampai pada
tujuan pendidikan yang dicita-citakan, bukan terjebak pada banyaknya materi
yang dipaksakan dan harus dikuasai oleh peserta didik.
Membicarakan pendidikan tidak akan terlepas dari
membicarakan guru dan beserta siswanya. Guru mempunyai fungsi sangat strategis
dalam pengembangan pendidikan. Guru dipandang sebagai pekerjaan yang
menjanjikan masa depan yang baik bagi para pelakunya. Siapa saja bisa menjadi guru,
akan tetapi apakah dia mampu untuk membimbing dan mendidik dengan baik, karena
tugas guru secara umum adalah mendidik. Dalam hal mendidik inilah yang tidak
mudah untuk dilakukan oleh para guru. Guru harus berperan sebagai sebagai
perencana (designer), pelaksana (implementer), dan penilai (evaluator)
pembelajaran.
Dalam kegiatan pembelajaran ini guru melakukan suatu proses perubahan positif
pada siswa yang ditandai dengan perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap,
keterampilan, kecakapan, dan kompetensi serta aspek lain pada diri siswa.
Trend dunia pendidikan abad 21 menuntut pola
pembelajaran yang lebih memberdayakan multikecerdasan peserta didiknya.
Prinsip-prinsip pendidikan yang dikemukakan oleh Unesco, sebagaimana dikutip
Mulyasa, bahwa pendidikan harus diletakkan pada empat pilar, yaitu belajar
untuk mengetahui (learning to know), belajar melakukan (learning to
do), belajar hidup dalam kebersamaan (learning to life together),
belajar menjadi diri sendiri (learning to be), dan belajar seumur hidup
(life long learning)[8].. Dalam
dunia pendidikan, penerapan model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar
dalam mencapai tujuan. Model pembelajaran yang tepat akan membantu proses
pembelajaran. Sehingga guru dituntut memiliki komitmen yang tinggi untuk
melakukan kinerja yang baik dan efektif, yaitu dengan melakukan program
pembelajaran yang diharapkan mampu menghasilkan output dan outcome
yang mencapai standar, dalam hal ini termasuk pengembangan model pembelajaran
yang dilakukan oleh guru. Pengembangan model belajar yang efektif dan sesuai
dengan kebutuhan siswa akan membantu siswa memahami materi pelajaran. Sehingga guru menjadi penentu kualitas di
suatu sekolah/madrasah.
Dalam pengembangan model pembelajaran guru perlu
pula memperhatikan berbagai potensi siswa.
Siswa distimulasi rasa ingin tahunya, daya imajinasi dan sikap kritisnya
agar melahirkan daya kreatif yang membuat suasana belajar menjadi bermakna.
Karena pada hakekatnya proses pembelajaran adalah proses komunikasi
transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan siswa, maupun
siswa dengan siswa. Sehingga guru yang
professional dalam proses pembelajaran dituntut: (1) menguasai bahan ajar, (2)
mempunyai kemampuan mengelola kelas, (3) mampu menggunakan metode, media dan
sumber belajar, (4) berkemampuan melakukan penilaian baik proses maupun hasil[10].
Mata pelajaran akidah
akhlak yang mempunyai tujuan agar siswa dapat mengenal, memahami, menghayati
dan mengimani Allah Swt, dan merealisasikannya dalam perilaku akhlak mulia
dalam kehidupan sehari-hari berdasarkan al-Quran dan Hadits merupakan mata
pelajaran yang penting sehingga diperlukan model pembelajaran yang tepat agar
tujuan pembelajaran tercapai. Dari keempat model pembelajaran
yang di kelompokan oleh Joyce dkk, hendaknya para guru dapat mengembangkan
model-model tersebut dalam proses pembelajaran sehingga berujung pada
keberhasilan dan pencapaian tujuan mata pelajaran akidah akhlak. Saat guru
memilih model pembelajaran, maka ia pula harus memperhatikan aspek kognitif,
afektif dan psikomotor siswa sesuai dengan tingkatannya yang akan memudahkan
siswa dalam memahami pembelajaran. Ciri keberhasilan pembelajaran bukanlah
terletak pada satu aspek kognitif saja atau afektif saja tapi merupakan
gabungan dari aspek kognitif, afektif dan psikomotor[11].
Penggunaan
model pembelajaran oleh guru akidah akhlak tidak hanya dituntut memahami dengan
baik langkah-langkah penerapan model tersebut dalam pembelajaran, akan tetapi
juga harus
memahami pandangan dasar yang melatar belakangi lahirnya model
tersebut. Memahami pandangan yang komprehensif terhadap model
pembelajaran, akan sangat membantu keberhasilan pembelajaran, mengingat model
pembelajaran berfungsi sebagai panduan dan pedoman bagi guru dalam melaksanakan
proses pembelajaran. Sehingga hasil belajar menjadi maksimal.
Berdasarkan teori tersebut, penulis berasumsi bahwa semakin guru mampu
melakukan pengembangan model pembelajaran yang tepat bagi siswa, maka akan dicapai hasil belajar yang
sesuai dengan tujuan pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang dapat
dikembangkan dalam mata pelajaran akidah akhlak adalah model pembelajaran cooperative
learning.
Menurut Slavin, cooperative learning adalah suatu
model pembelajaran dimana siswa
belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang
anggotanya 4-6 orang dengan struktur kelompok hetorogen.
Sistim kerja/belajar kelompok ini sebenarnya tidak asing bagi masyarakat
Indonesia yang terbiasa hidup dalam lingkungan gotong-royong. Ironisnya, model
pembelajaran cooperative learning belum banyak diterapkan dalam pendidikan
walaupun orang Indonesia sangat membanggakan sifat gotong royong dalam
kehidupan bermasyarakat.
Istilah cooperative sering dimaknai dengan acting
together with a common purpose (tindakan bersama dengan tujuan bersama). Istilah ini mengandung pengertian bekerja sama dalam
mencapai tujuan bersama. Hal ini senada dengan apa yang
dikatakan oleh Basyiruddin Usman, yang mendefinisikan istilah cooperative
sebagai belajar kelompok atau bekerjasama.
Sementara itu, Burton sebagaimana dikutip oleh Nasution, mendefiniskan cooperative
atau kerjasama adalah cara individu mengadakan relasi dan bekerjasama dengan
individu lain untuk mencapai tujuan bersama.
Sedangkan
istilah learning sering dimaknai dengan the process through which
experience causes permanent change in knowledge and behavior, yakni suatu proses melalui pengalaman yang menyebabkan perubahan permanen
dalam pengetahuan dan perilaku. Dalam definisi lain,
istilah learning adalah modification of behavior through experience
and training, yakni pembentukan prilaku melalui pengalaman dan latihan.
Dalam hal ini learning sebagai kegiatan memperoleh pengetahuan, perilaku
dan keterampilan dengan cara mengolah bahan ajar.
Roger dan David Johnson mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa
dianggap Cooperative Learning, untuk itu harus diterapkan lima unsur
model pembelajaran gotong royong yaitu :
Saling
ketergantungan positif, tanggung
jawab perseorangan, tatap
muka, komunikasi
antar anggota, dan evaluasi
proses kelompok.
Yang menjadi ciri penting dari cooperative
learning adalah: (a) setiap anggota memiliki peran, (b) terjadi hubungan
interaksi langsung di antara siswa, (c) setiap anggota kelompok bertanggung
jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya, (d) guru membantu
mengembangkan keterampilan interpersonal kelompok, (e) guru hanya berinteraksi
dengan kelompok disaat diperlukan. Sedangkan tujuan model cooperative
learning dikembangkan setidaknya mempunyai tiga tujuan utama, yaitu: (a)
hasil belajar akademik siswa meningkat, (b) siswa dapat menerima berbagai
keragaman dari temannya, serta (c) berkembangnya
keterampilan sosial.
Dalam model cooperative berbeda dengan model
kompetisi yang menciptakan persaingan di kelas hingga menciptakan kecemasan
tidak bisa berprestasi dan merusak motivasi belajar para siswa. Padahal motivasi dalam belajar adalah faktor
yang penting karena hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan
belajar. Persoalan mengenai motivasi dalam belajar adalah bagaimana cara
mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar
mengajar seorang anak didik akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk
belajar. Dalam memberikan motivasi seorang guru harus berusaha dengan segala
kemampuan yang ada untuk mengarahkan perhatian siswa kepada sasaran tertentu.
Dengan adanya dorongan ini dalam diri siswa akan timbul inisiatif dengan alasan
mengapa ia menekuni pelajaran. Untuk membangkitkan motivasi kepada mereka,
supaya dapat melakukan kegiatan belajar dengan kehendak sendiri dan belajar
secara aktif.
Sejumlah peneliti menunjukan bahwa
hasil belajar siswa pada umumnya meningkat jika anak memiliki motivasi yang
kuat dalam belajar. Sardiman
mengatakan motivation is an essential condition of learning. Motivasi
dapat menggerakkan atau menggugah seseorang agar timbul keinginan dan kemauan
untuk melakukan sesuatu sehingga dapat memperoleh atau mencapai tujuan tertentu
yaitu prestasi belajar yang baik. Motivasi dapat
diartikan keadaan internal organism, baik manusia maupun hewan yang mendorongnya
untuk berbuat sesuatu. Motivasi ini adalah sumber pemasok daya (energizer)
untuk bertingkah secara terarah. Motivasi belajar yang tinggi akan menentukan
intensitas usaha belajar yang dilakukan siswa. Siswa yang memiliki
motivasi belajar tinggi akan tekun dalam belajar dan terus belajar secara
kontinyu tanpa mengenal putus asa serta dapat mengesampingkan hal-hal yang
dapat mengganggu kegiatan belajar yang dilakukannya. Motivasi berfungsi sebagai pendorong
usaha dan pencapaian prestasi. Adanya motivasi yang baik dalam belajar akan
melahirkan prestasi yang baik juga.
Menurut
Muhammad Surya prestasi adalah keseluruhan kecakapan
yang diperoleh dalam proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan nilai-nilai
berdasarkan test proses belajar. Sedangkan Muhibbin Syah
menyatakan prestasi belajar merupakan tarap keberhasilan seseorang setelah
melakukan proses belajar mengajar. Prestasi belajar ini dapat dioperasionalkan
dalam bentuk indikator-indikator berupa nilai raport, indeks prestasi studi,
angka kelulusan dan predikat keberhasilan.
Prestasi belajar dalam penelitian ini secara konseptual diartikan sebagai hasil
kegiatan belajar yang dinyatakan dalam bentuk angka yang mencerminkan hasil
yang sudah dicapai oleh setiap anak baik berupa kemampuan kognitif, afektif,
maupun psikomotor yang dapat diukur dari tes atau hasil ujian siswa.
Dari uraian di atas
diduga terdapat
pengaruh antara model cooperative learning dalam pembelajaran akidah
akhlak terhadap motivasi belajar dan prestasi siswa, sehingga setelah penerapan
model cooperative learning diharapkan semakin meningkatkan motivasi
belajar dan prestasi siswa dalam pemahaman terhadap materi pelajaran akidah
akhlak.
Berdasarkan kerangka pemikiran di atas, maka dibuat model penelitian
sebagai berikut :
Gambar. 1.1
Kerangka
Penelitian
G.
Hipotesis
Hipotesis
adalah proposisi yang sudah dirumuskan sedemikian rupa dan sementara diterima
untuk diuji kebenarannya. Sementara Good dan Scates mengatakan bahwa hipotesis
adalah sebuah taksiran atau referensi yang dirumuskan serta diterima untuk
sementara yang dapat menerangkan fakta-fakta yang diamati ataupun
kondisi-kondisi yang diamati dan digunakan sebagai petunjuk untuk langkah
penelitian selanjutnya.
Berdasarkan uraian di atas hipotesa penelitian yang diajukan adalah
sebagai berikut:
H1 :
|
1.
|
Penerapan model pengajaran cooperatif learning berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa dalam bidang akidah akhlak di MTs. Az-Zahra Selacau Batujajar.
|
|
2.
|
Penerapan model pengajaran cooperatif learning berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dalam bidang akidah akhlak di MTs. Az-Zahra Selacau Batujajar.
|
|
3.
|
Penerapan model pengajaran cooperatif learning berpengaruh terhadap motivasi dan prestasi belajar
siswa dalam bidang akidah akhlak di MTs. Az-Zahra
Selacau Batujajar.
|
H0 :
|
1.
|
Penerapan model pengajaran cooperatif learning tidak berpengaruh terhadap motivasi belajar siswa dalam bidang akidah akhlak di MTs. Az-Zahra Selacau Batujajar.
|
|
2.
|
Penerapan model pengajaran cooperatif learning tidak berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa dalam bidang akidah akhlak di MTs. Az-Zahra Selacau Batujajar.
|
|
3.
|
Penerapan model pengajaran cooperatif learning tidak
berpengaruh terhadap motivasi dan prestasi belajar
siswa dalam bidang akidah akhlak di MTs. Az-Zahra
Selacau Batujajar.
|
H. Metodologi Penelitian
Metodologi
kuantitatif yaitu metodologi yang berlandaskan pada filsafat positivisme,
digunakan untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, teknik pengambilan
sampel pada umumnya dilakukan secara acak, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantitatif dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.
Penelitian
ini adalah suatu kegiatan untuk meneliti yang mengumpulkan dan memproses
fakta-fakta yang ada, sehingga fakta itu dapat dikomunikasikan oleh peneliti.
Pendekatan penelitian yang dilaksanakan dalam penelitian ini menggunakan
pendekatan kuantitatif. Penelitian ini termasuk dalam penelitian eksplanatoris
(explanatory research) karena
penelitian ini bertujuan menganalisis hubungan 3 (tiga) variabel, yaitu mengenai pengaruh model pembelajaran cooperatif learning sebagai variabel bebas (independent variables,
dengan notasi statistik X), motivasi
belajar siswa sebagai variabel terikat (dependent variable,
dengan notasi statistik Y1),
prestasi belajar siswa sebagai variabel terikat (dependent variable, dengan notasi
statistik Y2).
1. Jenis Data
Data
yang dihasilkan dari penelitian ini
berupa fakta dan angka. Sehingga dalam penelitian ini peneliti menggunakan jenis
data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif adalah data-data yang berasal dari literature
maupun dokumen-dokumen yang menunjang dalam penelitian ini. Dan data kuantitatif adalah tentang
pengaruh model cooperative learning dalam pembelajaran akidah akhlak terhadap motivasi dan
prestasi belajar siswa yang berupa
angka-angka atau data kualitatif yang diangkakan (scoring).
2. Sumber Data,
Populasi dan Sampel
Sumber
data dalam penelitian ini
terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer adalah data yang diperoleh
dari subjek penelitian sesuai dengan ruang lingkup kebutuhan. Dan data sekunder
adalah data yang diperoleh secara langsung dari objek yang diteliti maupun dari
dokumen dan catatan lainnya yang menunjang dalam penelitian.
Data primer
dalam penelitian ini diperoleh dari responden-responden
yang terdiri dari siswa MTs.
Az-Zahra Selacau melalui angket. Sedangkan data sekunder berasal dari data-data
lain yang berkaitan dengan masalah penelitian. Data sekunder ini diperoleh dari
buku-buku, teori, beberapa dokumen dan arsip-arsip yang menunjang penelitian
baik dari kepala madrasah, guru-guru, maupun petugas tata usaha.
Sugiono menyatakan bahwa populasi adalah wilayah generalisasi
yang terdiri atas subyek/obyek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik
tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulannya. Populasi dalam penelitian
ini adalah seluruh siswa MTs. Az-Zahra Selacau Batujajar.
Teknik
sampel dalam penelitian ini menggunakan Propability Sampling.
Sampel adalah bagian dari populasi yang
diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi. Pada
penelitian ini maka sampel yang digunakan berasal dari siswa kelas VIII yang berjumlah 72 orang dari populasi seluruh siswa kelas VIII
atau sampel jenuh.
Masing-masing
data tersebut dioperasionalkan ke dalam subvariabel dan indikator sebagai
berikut:
Tabel 1.1
Oprasional
Variabel
VARIABEL
|
DIMENSI
|
INDIKATOR
|
Model Cooperative learning
(X)
|
1. Positive Interdependence/
ketergantungan
positif
|
a.
Hubungan timbal balik yang
didasari adanya kepentingan yang sama
b.
Membangun ide-ide
c.
Keberhasilan seseorang
merupakan keberhasilan yang lain
|
2.
Personal responsibility/
tanggung jawab
individual
|
a.
Memahami perannya sebagai
organizer ataupun reporter
b.
Pembagian tugas yang adil
setiap individu
c.
Menciptakan hubungan antar
pribadi, mengembangkan kemampuan kelompok, dan memelihara hubungan kerja yang
efektif
|
3. Face to face promotive interaction/
tatap muka
|
a.
Interaksi terjadi antar siswa tanpa perantara
b.
Menunjukan penerimaan terhadap pertemuan
kelompok
c.
Tidak menonjolkan kekuatan individu
|
4. Interpersonal skill/keterampilan interpersonal
|
a. Berbagi
pengalaman, perasaan ide atau opini
b. Berpikiran logis
c. Menerima
saran yang membangun atau perbedaan dengan cara yang bersahabat
|
5. Group processing/proses kelompok
|
a. Merujuk pada sumber bacaan selama diskusi
b. Melibatkan dan mengenal kontribusi orang lain
c. Menerima kompromi sebagai cara menyelesaikan
konflik
|
Motivasi Belajar siswa
(Y1)
|
1. Durasi
kegiatan
|
a.
Lamanya waktu belajar
b.
Lama konsentrasi pada saat belajar
|
2. Frekuensi
kegiatan
|
a. Sering membaca buku pelajaran
b. Sering melakukan kegiatan belajar
|
3.
Persistensi/gigih
|
a.
Kegigihan dalam mencapai tujuan belajar
b.
Kerja keras untuk mencapai tujuan belajar
|
1. Ketabahan,
keuletan, dan kemampuan
|
a.
Tabah menghadapi rintangan
b.
Ulet dalam mencapai tujuan
|
2. Pengabdian dan
pengorbanan
|
a.
Pengabdian yang tinggi untuk mencapai tujuan
b.
Rela berkorban untuk berupa uang, tenaga, bahkan jiwa
|
3. Tingkat aspirasi
|
a.
Memiliki cita-cita yang tinggi
b.
Memiliki keinginan untuk aktualisasi diri
c.
Memiliki idola
|
4. Tingkat
kualifikasi
|
a.
Memiliki prestasi yang memuaskan
b.
Memiliki keterampilan
|
5. Arah sikap
terhadap sasaran kegiatan
|
a.
Memiliki sikap yang baik terhadap guru
b.
Memiliki sikap yang baik terhadap pelajaran yang dihadapinya
|
Prestasi Belajar
Siswa
(Y2)
|
1. Kognitif
|
a.
Pengamatan
b.
Ingatan
c.
Pemahaman
d. Penerapan
e.
Analisis
f.
Sintestis
|
2. Afektif
|
a.
Penerimaan
b.
Sambutan
c.
Apresiasi
d. Internalisasi
e.
Karakterisasi
|
3. Psikomotor
|
a.
Keterampolan bergerak dan bertindak
b.
Kecakapan ekspresi verbal dan
nonverbal
|
3. Teknik
Pengumpulan Data
Untuk
memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini digunakan teknik
pengumpulan data sebagai berikut :
a.
Angket atau Kuisioner
Angket
atau kuisioner merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara
memberi seperangkat
pertanyaan atau penyataan tertulis kepada responden untuk dijawabnya .
Angkat atau kuisioner ini diukur melalui
perencanaan yang matang, disusun dan dikemas sedemikian rupa, sehingga jawaban
dari semua pertanyaan benar-benar dapat menggambarkan keadaan variabel yang
sebenarnya. Dalam angket ini responden diminta menentukan jawaban yang sesuai
dengan memberi tanda cek (√) pada daftar yang telah tersedia.
b.
Test
Test digunakan untuk mengetahui nilai
hasil belajar pada pokok bahasan pembelajaran akidah akhlak. Test
dalam penelitian ini berupa test tertulis. Data yang diperoleh
akan digunakan untuk mencari hasil prestasi belajar dari responden
c.
Observasi
Observasi
berarti pengamatan yang bertujuan untuk mendapatkan data tentang suatu masalah,
sehingga diperoleh pemahaman atau sebagai alat re-checking atau
pembuktian terhadap informasi/keterangan yang diperoleh sebelumnya. Observasi
digunakan untuk mengamati dan mencatat fenomena-fenomena yang diselidiki secara
sistematik. Observasi ini lebih spesifik dari wawancara dan kuesioner yang bisa
digunakan dalam penelitian yang berkenaan dengan dengan prilaku manusia, proses
kerja, gejala alam dan bila respon yang diamatinya tidak terlalu besar . Dalam penelitian ini observasi ditujukan
untuk memperoleh gambaran jelas tentang pengaruh model pembelajaran cooperative
learning terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa.
d.
Wawancara
Yaitu
pengumpulan data dengan cara mengajukan pertanyaan secara lisan kepada
orang-orang yang dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu. Wawancara dapat
dijadikan alat kontrol data yang dianggap meragukan yang diperoleh kuisioner
maupun observasi. Hasil
kuisioner senantiasa terbatas mengingat kompleksitas fenomena sosial dan juga
rumitnya motif para responden yang diteliti. Oleh karenanya dalam pengumpulan data melalui kuisioner harus
dilakukan kontrol melalui wawancara. Selain untuk menghindari salah interpretasi
atau kesalahan dalam pengisian selagi tidak menyimpang dari tujuan penelitian.
Adapun wawancara di sini dilakukan khusus dengan para pejabat yang punya
kaitannya dengan penelitian yang dilakukan.
e.
Studi Dokumentasi
Studi
dokumentasi digunakan untuk mengetahui daftar nama-nama siswa yang akan menjadi
populasi penelitian dan daftar nama-nama siswa yang akan menjadi responden
dalam penelitian ini. Metode ini
digunakan untuk mendapatkan informasi tentang data siswa yang berasal dari
arsip data administrasi yang diperoleh dari tata usaha MTs. Az-Zahra Selacau.
f.
Analisis Data
Setelah semua data yang diperlukan terkumpul, selanjutnya
dilakukan langkah-langkah analisa data dan pengujian hipotesis melalui
pendekatan olahan data statistik SPSS 16.0 kemudian data
ditampilkan dalam bentuk tabulasi untuk memudahkan pembacaan dan diberikan
penjelasan. Analisis data digunakan analisis data kuantitatif.
4.
Prosedur dan
Pemeriksaan Uji Keabsahan Data
Untuk memastikan validitas dan reliabilitasnya atau
menguji keabsahan data, maka dilakukan pengujian sebagai berikut:
a.
Uji Validitas
Validitas
atau kesahihan adalah kualitas yang menunjukan hubungan antara suatu pengukuran
(diagnosis) dengan arti tujuan kriteria belajar atau tingkah laku. Uji
validitas menggunakan
korelasi pearson product moment correlation dengan bantuan SPSS 16.0.
Untuk menguji alat ukur angkat, terlebih dahulu dicari angka korelasi
bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan, yaitu dengan cara
mengkorelasikan setiap butir alat ukur dengan skor yang merupakan jumlah setiap
butir dengan menggunakan rumus pearson product moment correlation. Rumus
yang digunakan yaitu :
Keterangan :
=
Koefesien korelasi skor item dan skor total
N =
Banyaknya subjek
∑X = Jumlah skor item
∑Y = Jumlah skor total
∑X Y = Jumlah perkalian skor item dengan skor
total
= Jumlah kuadrat skor item
= Jumlah kuadrat skol total
Jika
koefisien korelasinya lebih besar dari pada 0,30 maka butir anget dianggap
valid; sebaliknya, jika kurang dari pada 0,30, maka dianggap tidak valid.
b. Uji Reliabelitas
Uji
reliabilitas
dilakukan secara eksternal maupun internal. Secara eksternal pengujian
dilakukan dengan test-pretest (stability, equivalent) dan gabungan
keduanya. Secara internal reliabelitas instrumen diuji dengan menganalisis
konsistensi butir-butir yang ada pada instrumen dengan teknik tertentu.
Untuk menguji relibilitas alat ukur, terlebih dahulu
dicari harga korelasi secara keseluruhan dengan menggunakan korelasi product
moment, dengan rumus yang digunakan :
Keterangan :
JK1 =
Jumlah kuadrat dari seluruh skor item
JKs =
Penjumlahan dari hasil kuadrat subjek
n = Jumlah responden
Kemudian untuk mencari relibilitas dengan menggunakan rumus
Alfa Croanbach yaitu :
Keterangan :
= Reliabilitas yang dicari
= Jumlah varians skor butir
= Varian total
= Banyaknya butir
Hasil
pengujian reliabilitas pada instrumen
penelitian ini menggunakan rumus “Alpha Cronbach’. Penghitungan dilakukan dengan
dibantu komputer program SPSS 16.0.
5.
Paradigma Penelitian
Adapun
paradigma penelitian
sesuai dengan model penelitian tergambar pada hubungan kausal antara X, Y1 dan Y2 sebagai
berikut :
Gambar 3.1
Paradigma
Penelitian
Keterangan
:
X =
Variabel bebas model cooperative learning
Y1 =
Variabel terikat motivasi
belajar siswa
Y2 =
Variabel terikat hasil belajar siswa
ρ
Y1
X = Koefisien jalur pengaruh model cooperative
learning
terhadap
motivasi
ρ
Y2 X
= Koefisien jalur pengaruh model
cooperative
learning
terhadap
prestasi siswa
e
= Epsilon = Faktor-faktor lainnya yang tidak diukur
ρ Y1
e1 =
Koefisian antara
variabel yang tidak diketahui
dalam
motivasi
belajar siswa
ρ
Y2
e2 =
Koefisien antara
variabel yang tidak
diketahui
dalam
prestasi belajar siswa
Sesuai
dengan paradigma tersebut, maka hipotesis yang diuji dalam penelitian adalah
sebagai berikut:
1.
|
H0
:
|
Tidak
terdapat hubungan yang
positif dan signifikan dari pengajaran cooperative learning dengan
motivasi belajar siswa;
|
|
H1
:
|
Terdapat hubungan positif
dan signifikan dari
pengajaran cooperative learning dengan motivasi belajar siswa:
|
|
|
H0 :
ò Y.1 = 0
H1 :
ò Y.1 > 0
|
2.
|
H0
:
|
Tidak
terdapat hubungan yang
positif dan signifikan dari pengajaran cooperative learning dengan prestasi belajar siswa;
|
|
H1
:
|
Terdapat hubungan yang
positif dan siginifikan dari pengajaran cooperative learning dengan
prestasi belajar siswa:
|
|
|
H0 :
ò Y.2 = 0
H1 :
ò Y.2 > 0
|
3.
|
H0
:
|
Tidak
terdapat hubungan yang
positif dan signifikan dari pengajaran cooperative learning dengan
motivasi dan prestasi belajar siswa;
|
|
H1
:
|
Terdapat hubungan yang
positif dan signifikan dari
pengajaran cooperative learning dengan motivasi dan prestasi belajar siswa;
|
|
|
H0 :
ò Y.12 = 0
H1 :
ò Y.12 >0
|
Semua
data hasil penyebaran angket ini diberi skor dan dianalisis dengan menggunakan
uji statistik. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian adalah
teknik korelasi dan regresi, yaitu dengan korelasi sederhana untuk menentukan
hubungan masing-masing variabel X dengan Y1
dan Y2, regresi sederhana, untuk menentukan
kontribusi variabel X terhadap variabel Y1
dan Y2.
Untuk
menggunakan analisis regresi, terdapat beberapa persyaratan yang harus dipenuhi
yaitu: (1) sampel diambil secara acak, (2) variabel berhubungan secara linear,
dan (3) variabel berdistribusi normal atau mendekati normal.
Adapun
langkah-langkah dalam analisisnya adalah sebagai berikut :
a. Mengolah
skor dari tiga instrument penelitian ke dalam bentuk penyebaran data yang
disajikan dalam bentuk pengelompokan data yang dapat dihitung dengan rumus:
K
= R/C
Dimana
:
K = Kategori
R (Range) = Angka maksimum – angka minimum
C (Class) =
1 + 3,3 Log n
Kemudian
menghitung rata-rata hitung dengan rumus :
Artinya
:
Xr = rata-rata hitung
åfX = jumlah
skor variabel
n = jumlah sampel
Selanjutnya, menghitung simpangan
baku atau standar deviasi skor masing-masing variabel dengan rumus :
yang
berarti :
Sd = Standar deviasi
Xr = skor rata-rata
N = jumlah responden
åfX = jumlah skor variabel
b. Menentukan
persamaan regresi sederhana dengan menggunakan rumus:
Y
= a + bX
dimana :
a
= konstanta
b
= (beta) elastisitas
X
= variabel X
Sedangkan
keberartiannya (signifikansi) dihitung dengan rumus F yang notasinya adalah sebagai berikut :
dimana
:
Sx2=
jumlah kuadrat variabel X
Sy = jumlah kuadrat variabel Y
c. Menghitung
korelasi sederhana antara variabel yang ada dengan rumus korelasi sederhana
yang notasi rumusnya adalah :
Keterangan
:
Rxy =
Koefisien korelasi X dan Y
åX2 = Jumlah kuadrat dari skor variabel X
åX = Jumlah skor variabel X
åY2 =
Jumlah kuadrat dari skor variabel Y
åY = Jumlah skor variabel Y
Dilanjutkan dengan uji
signifikansi koefisien korelasi sederhana dengan rumus:
d. Menentukan
persamaan regresi ganda, dan uji keberatan regresi linear ganda melalui rumus ;
Y =
a + bX1 + bX2
Dan
uji keberatan regresi linear ganda melalui uji F dengan rumus:
e. Menghitung
koefisien korelasi ganda dan uji keberartiannya dengan rumus:
Dan
Terakhir
adalah menghitung korelasi persial, pengujian keberartian koefisien korelasi parsial dengan rumus
sebagai berikut :
Kebermaknaanya
dilakukan dengan uji r
seperti yang telah dipresentasikan pada pembicaraan sebelumnya. Semua notasi rumusan statistik di atas
dikutip dari buku Metode Penelitian Pendidikan; Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif dan R&D, Karya Sugiyono penerbit Alfabeta Bandung tahun 2010 dan
proses perhitungannya akan dilakukan dengan menggunakan alat bantu computer dengan SPSS 16.0 for window
kemudian dianalisis dan diinterpretasikan sesuai kebutuhan analisis.
I. Penelitian Yang Terdahulu
Penelitian-penelitian tentang model pembelajaran secara
umum telah banyak dilakukan dengan berbagai macam landasan teori dan model
pembelajaran. Pertama, penulis
Etat Siti Latifah (2009) dalam
tesisnya yang berjudul ”Pengaruh
Metode Pembelajaran Kooperatif Terhadap Motivasi dan Prestasi Belajar Siswa pada
Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam” substansi yang dibahas dalam penelitian
ini adalah model pembelajara
kooperatif, motifasi dan prestasi. Penelitiannya
bertujuan untuk mengatahui pengaruh metode pembelajaran cooperative
terhadap motivasi untuk mengatahui pengaruh metode pembelajaran cooperative
terhadap prestasi belajar siswa. Penelitian ini lebih besifat umum yaitu
penelitian pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan melihat pengaruh dari
penerapan model cooperative terhadap motivasi dan prestasi belajar
siswa.
Kedua, penulis
H. Apip Solahah (2009) dalam tesisnya yang berjudul “Pengaruh kinerja Guru dan Motivasi Belajar Terhadap
Prestasi Belajar Siswa dalam Mata
Pelajaran Pendidikan Agama Islam ( Penelitian Terhadap Siswa kelas VIII SMPN 7 Bandung)”. Substansi
masalah yang dibahas pada penelitian ini adalah kinerja guru memberikan
pengaruh terhadap prestasi belajar siswa, demikian pula bahwa prestasi belajar
siswa tidak hanya dipengaruhi oleh kinerja guru, melainkan juga oleh motivasi
belajar siswa.
Ketiga,
penulis Maman
Suryaman (2010) dalam
tesisnya dengan judul “Penerapan Pendekatan Pembelajaran
Kooperatif Tipe Team Assisted Instruction dan Cooperative Integrated
dan Composition untuk Meningkatkan Pemahaman Qur’an Siswa SMKN 4 Kota
Tangerang”. Substansi yang
dibahas dalam penelitian ini adalah Penbelajaran Kooperatif dan peningkatan
pemahaman Qur’an. Tujuan penelitian ini mengetahui
penerapan pembelajaran cooperative tipe Tipe Team Assisted
Instruction (TAI) dan Cooperative Integrated dan Composition
(CIC) untuk meningkatkan pemahaman al-Qur’an
siswa. Dengan metode penelitian yang digunakan metode kualitatif dan pendekatan
eksperimen.
Setelah mencermati beberapa penelitian di atas, penulis
melihat kurang tajamnya peneliti mengupas model cooperative learning. Penulis berkeinginan
melanjutkan dan lebih mempertajam kajian
dengan mengadakan pembuktian di lapangan tentang model cooperative learning
dengan mata pelajaran lebih khusus yaitu mata pelajaran akidah akhlak dengan
pengaruhnya terhadap motivasi dan prestasi belajar siswa. Penulis ingin
membantu para guru serta siswa untuk memudahkan mereka memahami dan menguasai
materi pembelajaran akidah akhlak dengan mudah sehingga mendorong mereka untuk
lebih berprestasi, dan mempunyai motivasi belajar yang tinggi.
Basyiruddin Usman, Metode Pembelajaran Agama Islam, (Jakarta:
Ciputat Press, 2002), hlm.14
Nasution, Didaktik Azas Mengajar, (Bandung: Bumi
Aksara, 2000), hlm.148
Anita Lie, Cooperative
Learning; Mempraktekan Cooperative Learning di Ruang-ruang Kelas, (Jakarta: PT. Gramedia)
hlm.31