Diterjemahkan dengan ringkas dari Kitab
Al-Anwaarul
Bahiyyah Min Israa’ Wa Mi’raaj Khoiril Bariyyah Karya Al-Imam Al-Muhaddits
As-Sayyid Muhammad bin Alawy Al-Hasany Rodiallohu Anhu.
Pada suatu malam Nabi Muhammad SAW berada di Hijir Ismail
dekat Ka’bah al Musyarrofah, saat itu beliau berbaring diantara paman beliau,
Sayyiduna Hamzah dan sepupu beliau, Sayyiduna Jakfar bin Abi Thalib, tiba-tiba
Malaikat Jibril, Mikail dan Israfil menghampiri beliau lalu membawa beliau ke
arah sumur zamzam, setibanya di sana kemudian mereka merebahkan tubuh
Rasulullah untuk dibelah dada beliau oleh Jibril AS.
Dalam riwayat lain disebutkan suatu malam terbuka atap rumah
Beliau saw, kemudian turun Jibril AS, lalu Jibril membelah dada beliau yang
mulya sampai di bawah perut beliau, lalu Jibril berkata kepada Mikail: “Datangkan
kepadaku nampan dengan air zam-zam agar aku bersihkan hatinya dan aku lapangkan
dadanya”. Dan perlu diketahui bahwa penyucian ini bukan berarti hati Nabi
kotor, tidak, justru nabi sudah diciptakan oleh Allah SWT dengan hati yang
paling suci dan mulya, hal ini tidak lain untuk menambah kebersihan di atas
kebersihan, kesucian di atas kesucian, dan untuk lebih memantapkan dan
menguatkan hati beliau, karena akan melakukan suatu perjalanan maha dahsyat dan
penuh hikmah serta sebagai kesiapan untuk berjumpa dengan Allah SWT.
Kemudian Jibril AS mengeluarkan hati beliau yang mulya lalu
menyucinya tiga kali, kemudian didatangkan satu nampan emas dipenuhi hikmah dan
keimanan, kemudian dituangkan ke dalam hati beliau, maka penuhlah hati itu
dengan kesabaran, keyakinan, ilmu dan kepasrahan penuh kepada Allah, lalu ditutup
kembali oleh Jibril AS.
Setelah itu disiapkan untuk Baginda Rasulullah binatang
Buroq lengkap dengan pelana dan kendalinya, binatang ini berwarna putih, lebih
besar dari himar lebih rendah dari baghal, dia letakkan telapak kakinya sejauh
pandangan matanya, panjang kedua telinganya, jika turun dia mengangkat kedua
kaki depannya, diciptakan dengan dua sayap pada sisi pahanya untuk membantu
kecepatannya.
Saat hendak menaikinya, Nabi Muhammad SAW merasa kesulitan,
maka meletakkan tangannya pada wajah buroq sambil berkata: “Wahai buroq,
tidakkah kamu merasa malu, demi Allah tidak ada makhluk Allah yang menaikimu
yang lebih mulya dari pada Rasulullah”, mendengar ini buroq merasa malu
sehingga sekujur tubuhnya berkeringat, setelah tenang, naiklah Rasulullah ke atas
punggungnya, dan sebelum beliau banyak para Anbiya’ yang menaiki buroq ini.
Dalam perjalanan, Jibril menemani di sebelah kanan beliau,
sedangkan Mikail di sebelah kiri, menurut riwayat Ibnu Sa’ad, Jibril memegang
sanggurdi pelana buroq, sedang Mikail memegang tali kendali. (Mereka terus
melaju, mengarungi alam Allah SWT yang penuh keajaiban dan hikmah dengan Inayah
dan RahmatNya), di tengah perjalanan mereka berhenti di suatu tempat yang
dipenuhi pohon kurma, lantas malaikat Jibril berkata: “Turunlah disini dan
sholatlah”, setelah Beliau sholat, Jibril berkata: “Tahukah anda di mana Anda
sholat?”, “Tidak”, jawab beliau, Jibril berkata: “Anda telah sholat di Thoybah
(Nama lain dari Madinah) dan ke sini anda akan berhijrah”.
Kemudian buroq berangkat kembali melanjutkan perjalanan,
secepat kilat dia melangkahkan kakinya sejauh pandangan matanya, tiba-tiba
Jibril berseru: “berhentilah dan turunlah anda serta sholatlah di tempat ini!”,
setelah sholat dan kembali ke atas buroq, Jibril memberitahukan bahwa beliau
sholat di Madyan, di sisi pohon dimana dahulu Musa bernaung dibawahnya dan
beristirahat saat dikejar-kejar tentara Firaun.
Dalam perjalanan selanjutnya Nabi Muhammad turun di Thur
Sina’, sebuah lembah di Syam, tempat dimana Nabi Musa berbicara dengan Allah
SWT, beliau pun sholat di tempat itu. Kemudian beliau sampai di suatu daerah
yang tampak kepada beliau istana-istana Syam, beliau turun dan sholat disana.
Kemudian Jibril memberitahukan kepada beliau dengan berkata: “Anda telah sholat
di Bait Lahm (Betlehem, Baitul Maqdis), tempat dilahirkan Nabi Isa bin Maryam”.
Setelah melanjutkan perjalanan, tiba-tiba beliau melihat Ifrit dari bangsa Jin yang mengejar beliau dengan semburan api, setiap Nabi menoleh beliau melihat Ifrit itu. Kemudian Jibril berkata:“Tidakkah aku ajarkan kepada anda beberapa kalimat, jika anda baca maka akan memadamkan apinya dan terbalik kepada wajahnya lalu dia binasa?” Kemudian Jibril AS memberitahukan do’a tersebut kepada Rasulullah. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan sampai akhirnya bertemu dengan suatu kaum yang menanam benih pada hari itu dan langsung tumbuh besar dan dipanen hari itu juga, setiap kali dipanen kembali seperti awalnya dan begitu seterusnya, melihat keanehan ini Beliau SAW bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”, Jibril menjawab:” mereka adalah para Mujahid fi sabilillah, orang yang mati syahid di jalan Allah, kebaikan mereka dilipatgandakan sampai 700 kali.
Setelah melanjutkan perjalanan, tiba-tiba beliau melihat Ifrit dari bangsa Jin yang mengejar beliau dengan semburan api, setiap Nabi menoleh beliau melihat Ifrit itu. Kemudian Jibril berkata:“Tidakkah aku ajarkan kepada anda beberapa kalimat, jika anda baca maka akan memadamkan apinya dan terbalik kepada wajahnya lalu dia binasa?” Kemudian Jibril AS memberitahukan do’a tersebut kepada Rasulullah. Setelah itu mereka melanjutkan perjalanan sampai akhirnya bertemu dengan suatu kaum yang menanam benih pada hari itu dan langsung tumbuh besar dan dipanen hari itu juga, setiap kali dipanen kembali seperti awalnya dan begitu seterusnya, melihat keanehan ini Beliau SAW bertanya: “Wahai Jibril, siapakah mereka itu?”, Jibril menjawab:” mereka adalah para Mujahid fi sabilillah, orang yang mati syahid di jalan Allah, kebaikan mereka dilipatgandakan sampai 700 kali.
Beberapa saat kemudian beliau mencium bau wangi semerbak,
beliau bertanya: “Wahai Jibril bau wangi apakah ini?”, “Ini adalah wanginya
Masyithoh, wanita yang menyisir anak Firaun, dan anak-anaknya”, jawab Jibril
AS. Masyitoh adalah tukang sisir anak perempuan Firaun, ketika dia melakukan
pekerjaannya tiba-tiba sisirnya terjatuh, spontan dia mengatakan: “Bismillah,
celakalah Firaun”, mendengar ini anak Firaun bertanya: “Apakah kamu memiliki
Tuhan selain ayahku?”, Masyithoh menjawab: “Ya”. Kemudian dia mengancam akan
memberitahukan hal ini kepada Firaun. Setelah dihadapkan kepada Raja yang Lalim
itu, dia berkata: “Apakah kamu memiliki Tuhan selain aku?”, Masyithoh menjawab:
“Ya, Tuhanku dan Tuhanmu adalah Allah”.
Mengetahui keteguhan iman Masyithoh, kemudian Firaun
mengutus seseorang untuk menarik kembali dia dan suaminya yang tetap beriman
kepada Allah agar murtad, jika tidak maka mereka berdua dan kedua anaknya akan
disiksa, tapi keimanan masih menetap di hati Masyithoh dan suaminya, justru dia
berkata: “Jika kamu hendak membinasakan kami, silahkan, dan kami harap jika
kami terbunuh kuburkan kami dalam satu tempat”. Maka Firaun memerintahkan agar
disediakan kuali raksasa dari tembaga yang diisi minyak dan air kemudian
dipanasi, setelah betul-betul mendidih, dia memerintahkan agar mereka semua
dilemparkan ke dalamnya, satu persatu mereka syahid, sekarang tinggal Masyithoh
dan anaknya yang masih menyusu berada dalam dekapannya, kemudian anak itu
berkata: “Wahai ibuku, lompatlah, jangan takut, sungguh engkau berada pada
jalan yang benar”, kemudian dilemparlah dia dan anaknya.
Kemudian di tengah perjalanan, beliau juga bertemu dengan
sekelompok kaum yang menghantamkan batu besar ke kepala mereka sendiri sampai
hancur, setiap kali hancur, kepala yang remuk itu kembali lagi seperti semula
dan begitu seterusnya. Jibril menjelaskan bahwa mereka adalah manusia yang
merasa berat untuk melaksanakan kewajiban sholat. Kemudian beliau juga bertemu
sekelompok kaum, di hadapan mereka ada daging yang baik yang sudah masak,
sementara di sisi lain ada daging yang mentah lagi busuk, tapi ternyata mereka
lebih memilih untk menyantap daging yang mentah lagi busuk, ketika Rasulullah
menanyakan perihal ini, Jibril menjawab: “Mereka adalah manusia yang sudah mempunyai
istri yang halal untuknya, tapi dia justru berzina (berselingkuh) dengan wanita
yang jelek (hina), dan begitu pula sebaliknya mereka adalah para wanita yang
mempunyai suami yang halal baginya tapi justru dia mengajak laki-laki lain
untuk berzina dengannya”.
Ketika beliau melanjutkan perjalanan, tiba-tiba seseorang
memanggil beliau dari arah kanan: “Wahai Muhammad, aku meminta kepadamu agar
kamu melihat aku”, tapi Rasulullah tidak memperdulikannya. Kemudian Jibril
menjelaskan bahwa itu adalah panggilan Yahudi, seandainya beliau menjawab
panggilan itu maka umat beliau akan menjadi Yahudi. Begitu pula beliau mendapat
seruan serupa dari sebelah kirinya, yang tidak lain adalah panggilan nashrani,
namun Nabi tidak menjawabnya. Walhamdulillah.
Kemudian tiba-tiba muncul di hadapan beliau seorang wanita
dengan segala perhiasan di tangannya dan seluruh tubuhnya, dia berkata: “Wahai
Muhammad lihatlah kepadaku”, tapi Rasulullah tidak menoleh kepadanya, Jibril
berkata: “Wahai Nabi itu adalah dunia, seandainya anda menjawab panggilannya
maka umatmu akan lebih memilih dunia dari pada akhirat”.
Demikianlah perjalanan ditempuh oleh beliau SAW dengan
ditemani Jibril dan Mikail, begitu banyak keajaiban dan hikmah yang beliau
temui dalam perjalanan itu sampai akhirnya beliau berhenti di Baitul Maqdis
(Masjid al Aqsho). Beliau turun dari Buraq lalu mengikatnya pada salah satu
sisi pintu masjid, yakni tempat dimana biasanya para nabi mengikat buraq di
sana. Kemudian beliau masuk ke dalam masjid bersama Jibril AS, masing-masing
sholat dua rakaat. Setelah itu sekejap mata tiba-tiba masjid sudah penuh dengan
sekelompok manusia, ternyata mereka adalah para Nabi yang diutus oleh Allah
SWT. Kemudian dikumandangkan adzan dan iqamah, lantas mereka berdiri
bershaf-shaf menunggu siapakah yang akan mengimami mereka, kemudian Jibril AS
memegang tangan Rasulullah SAW lalu menyuruh beliau untuk maju, kemudian mereka
semua sholat dua rakaat dengan Rasulullah sebagai imam. Beliaulah Imam (Pemimpin)
para Anbiya’ dan Mursalin.
Setelah itu Rasulullah SAW merasa haus, lalu Jibril membawa
dua wadah berisi khamar dan susu, Rasulullah memilih wadah berisi susu lantas
meminumnya, Jibril berkata: “Sungguh anda telah memilih kefitrahan yaitu al-Islam,
jika anda memilih khamar niscaya umat anda akan menyimpang dan sedikit yang
mengikuti syariat anda”.
Setelah melakukan Isra’ dari Makkah al-Mukarromah sampai ke
Masjid al-Aqsha, Baitul Maqdis, kemudian beliau disertai malaikat Jibril AS
siap untuk melakukan Mi’raj yakni naik menembus berlapisnya langit ciptaan
Allah yang Maha Perkasa sampai akhirnya beliau SAW berjumpa dengan Allah SWT dan
berdialog dengan Nya, yang intinya adalah beliau dan umat ini mendapat perintah
sholat lima waktu. Sungguh merupakan nikmat dan anugerah yang luar biasa bagi
umat ini, di mana Allah SWT memanggil Nabi-Nya secara langsung untuk memberikan
dan menentukan perintah ibadah yang sangat mulya ini. Cukup kiranya hal ini
sebagai kemulyaan ibadah sholat. Sebab ibadah lainnya diperintah hanya dengan
turunnya wahyu kepada beliau, namun tidak dengan ibadah sholat, Allah memanggil
hamba yang paling dicintainya yakni Nabi Muhammad SAW ke hadirat-Nya untuk
menerima perintah ini.
Ketika beliau dan Jibril sampai di depan pintu langit dunia
(langit pertama), ternyata di sana berdiri malaikat yang bernama Ismail,
malaikat ini tidak pernah naik ke langit atasnya dan tidak pernah pula turun ke
bumi kecuali disaat meninggalnya Rasulullah SAW, dia memimpin 70 ribu tentara
dari malaikat, yang masing-masing malaikat ini membawahi 70 ribu malaikat pula.
Jibril meminta izin agar pintu langit pertama dibuka, maka malaikat yang menjaga bertanya:
“Siapakah ini?” Jibril menjawab: “Aku Jibril.” Malaikat itu bertanya lagi: “Siapakah yang bersamamu?” Jibril menjawab: “Muhammad saw.” Malaikat bertanya lagi: “Apakah beliau telah diutus (diperintah)?” Jibril menjawab: “Benar”. Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah malaikat yang bermukim di sana menyambut dan memuji beliau dengan berkata: “Selamat datang, semoga keselamatan menyertai anda wahai saudara dan pemimpin, andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin serta paling utamanya makhluk yang datang”.
Jibril meminta izin agar pintu langit pertama dibuka, maka malaikat yang menjaga bertanya:
“Siapakah ini?” Jibril menjawab: “Aku Jibril.” Malaikat itu bertanya lagi: “Siapakah yang bersamamu?” Jibril menjawab: “Muhammad saw.” Malaikat bertanya lagi: “Apakah beliau telah diutus (diperintah)?” Jibril menjawab: “Benar”. Setelah mengetahui kedatangan Rasulullah malaikat yang bermukim di sana menyambut dan memuji beliau dengan berkata: “Selamat datang, semoga keselamatan menyertai anda wahai saudara dan pemimpin, andalah sebaik-baik saudara dan pemimpin serta paling utamanya makhluk yang datang”.
Maka dibukalah pintu langit dunia ini”. Setelah memasukinya
beliau bertemu Nabi Adam AS dengan bentuk dan postur sebagaimana pertama kali
Allah menciptakannya. Nabi saw bersalam kepadanya, Nabi Adam menjawab salam
beliau seraya berkata: “Selamat datang wahai anakku yang sholeh dan nabi yang
sholeh”. Di kedua sisi Nabi Adam AS terdapat dua kelompok, jika melihat ke arah
kanannya, beliau tersenyum dan berseri-seri, tapi jika memandang kelompok di
sebelah kirinya, beliau menangis dan bersedih. Kemudian Jibril AS menjelaskan
kepada Rasulullah, bahwa kelompok disebelah kanan Nabi Adam adalah anak cucunya
yang bakal menjadi penghuni surga sedang yang di kirinya adalah calon penghuni
neraka.
Kemudian Rasulullah melanjutkan perjalanannya di langit
pertama ini, tiba-tiba pandangan beliau tertuju pada kelompok manusia yang
dihidangkan daging panggang dan lezat di hadapannya, tapi mereka lebih memilih
untuk menyantap bangkai disekitarnya. Ternyata mereka adalah manusia yang suka
berzina, meninggalkan yang halal untuk mereka dan mendatangi yang haram.
Kemudian beliau berjalan sejenak, dan tampak di hadapan
beliau suatu kaum dengan perut membesar seperti rumah yang penuh dengan
ular-ular, dan isi perut mereka ini dapat dilihat dari luar, sehingga mereka
sendiri tidak mampu membawa perutnya yang besar itu. Mereka adalah manusia yang
suka memakan riba. Di sana beliau juga menemui suatu kaum, daging mereka
dipotong-potong lalu dipaksa agar memakannya, lalu dikatakan kepada mereka:
“makanlah daging ini sebagaimana kamu memakan daging saudaramu di dunia, yakni menggunjing atau berghibah”.
“makanlah daging ini sebagaimana kamu memakan daging saudaramu di dunia, yakni menggunjing atau berghibah”.
Kemudian beliau naik ke langit kedua, seperti sebelumnya
malaikat penjaga bertanya seperti pertanyaan di langit pertama. Akhirnya
disambut kedatangan beliau SAW dan Jibril AS seperti sambutan sebelumnya. Di
langit ini beliau berjumpa Nabi Isa bin Maryam dan Nabi Yahya bin Zakariya,
keduanya hampir serupa baju dan gaya rambutnya. Masing-masing duduk bersama
umatnya. Nabi SAW menyifati Nabi Isa bahwa dia berpostur sedang, putih
kemerah-merahan warna kulitnya, rambutnya lepas terurai seakan-akan baru keluar
dari hammam (fasilitas
pemandian umum khas Turki yang merupakan variasi dari Pemandian Romawi, mandi
uap, atau sauna), karena kebersihan
tubuhnya. Nabi menyerupakannya dengan sahabat beliau ‘Urwah bin Mas’ud ats
Tsaqafi. Nabi bersalam kepada keduanya, dan dijawab salam beliau disertai
sambutan: “Selamat datang wahai saudaraku yang sholeh dan nabi yang sholeh”.
Kemudian tiba saatnya beliau melanjutkan ke langit ketiga, setelah
disambut baik oleh para malaikat, beliau berjumpa dengan Nabi Yusuf bin Ya’kub.
Beliau bersalam kepadanya dan dibalas dengan salam yang sama seperti salamnya
Nabi Isa AS. Nabi berkomentar: “Sungguh dia telah diberikan separuh
ketampanan”. Dalam riwayat lain, beliau bersabda: “Dialah paling indahnya
manusia yang diciptakan Allah, dia telah mengungguli ketampanan manusia lain
ibarat cahaya bulan purnama mengalahkan cahaya seluruh bintang”.
Ketika tiba di langit keempat, beliau berjumpa Nabi Idris
AS. Kembali beliau mendapat jawaban salam dan doa yang sama seperti Nabi-Nabi
sebelumnya. Di langit kelima, beliau berjumpa Nabi Harun bin ‘Imran AS, separuh
janggutnya hitam dan seperuhnya lagi putih (karena uban), lebat dan panjang. Di
sekitar Nabi Harun tampak umatnya sedang khusyu’ mendengarkan petuahnya.
Setelah sampai di langit keenam, beliau berjumpa beberapa
nabi dengan umat mereka masing-masing, ada seorang nabi dengan umat tidak lebih
dari 10 orang, ada lagi dengan umat di atas itu, bahkan ada lagi seorang nabi
yang tidak ada pengikutnya. Kemudian beliau melewati sekelompok umat yang
sangat banyak menutupi ufuk, ternyata mereka adalah Nabi Musa dan kaumnya.
Kemudian beliau diperintah agar mengangkat kepala beliau yang mulya, tiba-tiba
beliau tertegun dan kagum karena pandangan beliau tertuju pada sekelompok umat
yang sangat banyak, menutupi seluruh ufuk dari segala sisi, lalu ada
suara:“Itulah umatmu, dan selain mereka terdapat 70 ribu orang yang masuk surga
tanpa hisab “.
Pada tahapan langit keenam inilah beliau berjumpa dengan
Nabi Musa AS, seorang nabi dengan postur tubuh tinggi, putih kemerah-merahan
kulit beliau. Nabi saw bersalam kepadanya dan dijawab oleh beliau disertai
dengan do’a. Setelah itu Nabi Musa berkata: “Manusia mengaku bahwa aku adalah paling
mulyanya manusia di sisi Allah, padahal dia (Rasulullah saw) lebih mulya di
sisi Allah daripada aku”. Setelah Rasulullah melewati Nabi Musa, beliau
menangis. Kemudian ditanya akan hal tersebut. Beliau menjawab: “Aku menangis
karena seorang pemuda yang diutus jauh setelah aku, tapi umatnya lebih banyak
masuk surga daripada umatku”.
Kemudian Rasulullah saw memasuki langit ketujuh, di sana
beliau berjumpa Nabi Ibrahim AS sedang duduk di atas kursi dari emas di sisi
pintu surga sambil menyandarkan punggungnya pada Baitul Makmur, di sekitarnya
berkumpul umatnya. Setelah Rasulullah bersalam dan dijawab dengan salam dan doa
serta sambutan yang baik, Nabi Ibrahim berpesan: “Perintahkanlah umatmu untuk
banyak menanam tanaman surga, sungguh tanah surga sangat baik dan sangat luas”.
Rasulullah bertanya: “Apakah tanaman surga itu?”, Nabi Ibrahim menjawab:
“(Dzikir) Laa haula wa laa quwwata illa billahil ‘aliyyil ‘adziim“. Dalam
riwayat lain beliau berkata: “Sampaikan salamku kepada umatmu, beritakanlah
kepada mereka bahwa surga sungguh sangat indah tanahnya, tawar airnya dan
tanaman surgawi adalah Subhanallah wal hamdu lillah wa laa ilaaha illallah
wallahu akbar”.
Kemudian Rasulullah diangkat sampai ke Sidratul Muntaha,
sebuah pohon amat besar sehingga seorang penunggang kuda yang cepat tidak akan
mampu untuk mengelilingi bayangan di bawahnya sekalipun memakan waktu 70 tahun.
Dari bawahnya memancar sungai air yang tidak berubah bau, rasa dan warnanya,
sungai susu yang putih bersih serta sungai madu yang jernih. Penuh dengan
hiasan permata zamrud dan sebagainya sehingga tidak seorang pun mampu
melukiskan keindahannya.
Kemudian beliau SAW diangkat sampai akhirnya berada di
hadapan telaga Al-Kautsar, telaga khusus milik beliau SAW. Setelah itu beliau
memasuki surga dan melihat di sana berbagai macam kenikmatan yang belum pernah
dipandang mata, didengar telinga dan terlintas dalam hati setiap insan. Begitu
pula ditampakkan kepada beliau neraka yang dijaga oleh malaikat Malik, malaikat
yang tidak pernah tersenyum sedikitpun dan tampak kemurkaan di wajahnya.
Dalam satu riwayat, setelah beliau melihat surga dan neraka,
maka untuk kedua kalinya beliau diangkat ke Sidratul Muntaha, lalu beliau
diliputi oleh awan dengan beraneka warna, pada saat inilah Jibril mundur dan
membiarkan Rasulullah berjalan seorang diri, karena Jibril tahu hanya beliaulah
yang mampu untuk melakukan hal ini, berjumpa dengan Allah SWT.
Setelah berada di tempat yang ditentukan oleh Allah, tempat
yang tidak seorang makhlukpun diizinkan berdiri di sana, tempat yang tidak
seorangpun makhluk mampu mencapainya, beliau melihat-Nya dengan mata beliau
yang mulya. Saat itu langsung beliau bersujud di hadapan Allah SWT. Allah
berfirman: “Wahai Muhammad.”Labbaik wahai Rabbku”, sabda beliau. “Mintalah
sesuka hatimu”, firman Nya. Nabi bersabda: “Ya Allah, Engkau telah menjadikan
Ibrahim sebagai Khalil (kawan dekat), Engkau mengajak bicara Musa, Engkau
berikan Dawud kerajaan dan kekuasaan yang besar, Engkau berikan Sulaiman
kerajaan agung lalu ditundukkan kepadanya jin, manusia dan syaitan serta angin,
Engkau ajarkan Isa at Taurat dan Injil dan Engkau jadikan dia dapat mengobati
orang yang buta dan belang serta menghidupkan orang mati”.
Kemudian Allah berfirman: “Sungguh Aku telah menjadikanmu
sebagai kekasih-Ku”.
Dalam Shahih Imam Muslim diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ” … kemudian Allah mewajibkan kepadaku (dan umat) 50 sholat sehari semalam, lalu aku turun kepada Musa (di langit ke enam), lalu dia bertanya: “Apa yang telah Allah wajibkan kepada umat anda?” Aku menjawab: “50 sholat”, Musa berkata: “kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan sebab umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya”,
Maka aku kembali kepada Allah agar diringankan untuk umatku, lalu diringankan 5 sholat (jadi 45 sholat), lalu aku turun kembali kepada Musa, tapi Musa berkata: “Sungguh umatmu tidak akan mampu melakukannya, maka mintalah sekali lagi keringanan kepada Allah”.
Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan demikianlah terus aku kembali kepada Musa dan kepada Allah sampai akhirnya Allah berfirman: “Wahai Muhammad, itu adalah kewajiban 5 sholat sehari semalam, setiap satu sholat seperti dilipatgandakan menjadi 10, maka jadilah 50 sholat”.
Dalam Shahih Imam Muslim diriwayatkan dari sahabat Anas bin Malik, bahwa Rasulullah SAW bersabda: ” … kemudian Allah mewajibkan kepadaku (dan umat) 50 sholat sehari semalam, lalu aku turun kepada Musa (di langit ke enam), lalu dia bertanya: “Apa yang telah Allah wajibkan kepada umat anda?” Aku menjawab: “50 sholat”, Musa berkata: “kembalilah kepada Rabbmu dan mintalah keringanan sebab umatmu tidak akan mampu untuk melakukannya”,
Maka aku kembali kepada Allah agar diringankan untuk umatku, lalu diringankan 5 sholat (jadi 45 sholat), lalu aku turun kembali kepada Musa, tapi Musa berkata: “Sungguh umatmu tidak akan mampu melakukannya, maka mintalah sekali lagi keringanan kepada Allah”.
Maka aku kembali lagi kepada Allah, dan demikianlah terus aku kembali kepada Musa dan kepada Allah sampai akhirnya Allah berfirman: “Wahai Muhammad, itu adalah kewajiban 5 sholat sehari semalam, setiap satu sholat seperti dilipatgandakan menjadi 10, maka jadilah 50 sholat”.
Maka aku beritahukan hal ini kepada Musa, namun tetap dia
berkata:“Kembalilah kepada Rabbmu agar minta keringanan”, Maka aku
katakan kepadanya: “Aku telah berkali-kali kembali kepadaNya sampai aku malu
kepada-Nya”. Setelah beliau menerima perintah ini, maka beliau turun sampai
akhirnya menaiki buraq kembali ke kota Makkah al-Mukarromah, sedang saat itu
masih belum tiba fajar.
Pagi harinya beliau memberitahukan mukjizat yang agung ini
kepada umatnya, maka sebagian besar diantara mereka mendustakan bahkan
mengatakan nabi telah gila dan tukang sihir, saat itu pertama umat yang
membenarkan dan mempercayai beliau adalah Sayyiduna Abu Bakar, maka pantaslah
beliau bergelar As-Shiddiq, bahkan tidak sedikit diantara mereka yang tadinya
beriman, kembali murtad keluar dari syariat.
Sungguh keimanan itu intinya adalah membenarkan dan percaya
serta pasrah terhadap semua yang dibawa dan diberitakan Nabi Muhammad SAW,
sebab beliau tidak mungkin berbohong apalagi berkhianat dalam risalah dan dakwah
beliau. Beliaulah Nabi yang mendapat gelar al-Amiin (dipercaya), ash-Shoodiq
(selalu jujur) dan al-Mashduuq (yang dibenarkan segala ucapannya). Shollallahu
‘alaihi wa aalihi wa sallam.
Inilah ringkasan dari perjalanan Isra dan Mi’raj
Nabi Muhammad SAW yang kami nukil dengan ringkas dari kitab Al-Anwaarul
Bahiyyah dan Dzikrayaat wa Munaasabaat, keduanya karya al-Imam al-Muhaddits
as-Sayyid Muhammad bin Alawy al-Maliky al-Hasany RA, Mahaguru dari al-Ustadz
al-habib Sholeh bin Ahmad al-Aydrus. Wallahu'alam .... Barakallah...