Saat ini kita masih berada dalam bulan rabiul awal yang mulia, yang mana
bukan hanya pada bulan ini saja Rasulullah SAW dilahirkan tetapi pada bulan ini
juga beliau diwafatkan oleh Allah SWT, kisah wafatnya begitu menyayat hati
kalau kita mengingatnya kembali. Kisah wafatnya Rasulullah SAW sungguh akan
menggugah jiwa-jiwa beriman, duka itu masih berbekas walaupun sudah 14 abad
berlalu jika kembali untuk dikenang.
Seorang sahabat Abdullah bin Mas’ud ra berkata: “Ketika Rasulullah SAW
mendekati ajalnya, beliau mengumpulkan kami di rumah ‘Aisyah. Beliau memandang
kami tanpa sepata kata, sehingga kami semua menangis menderaikan air mata. Lalu
beliau bersabda: "Semoga Allah menyayangi, menolong dan memberikan
petunjuk kepada kalian. Aku berwasiat agar kalian bertakwa kepada Allah.
Janganlah kamu berlaku sombong terhadap Allah. Kalau sudah datang ajalku,
hendaklah Ali yang memandikan aku, Fudlail bin Abbas yang menuangkan air, dan
Usman bin Zaid membantu mereka berdua. Kemudian kafani aku dengan pakaianku
saja manakala kamu semua menghendaki, atau dengan kain Yaman yang putih. Ketika
kalian sedang memandikan aku, letakkan aku di atas tempat tidurku di rumahku
ini, yang dekat dengan liang kuburku nanti. "
Mendengar itu, seketika para sahabat menjerit histeris, menangis pilu,
sambil berkata: " Wahai Rasulullah, engkau adalah utusan untuk kami,
menjadi kekuatan jamaah kami, selaku penguasa yang selalu memutusi perkara
kami, kalau Engkau sudah tiada, lalu kepada siapakah kami mengadukan semua
persoalan kami!
Rasulullah SAW bersabda: "Aku sudah tinggalkan untuk kalian jalan
yang benar di atas jalan yang terang benderang, juga aku tinggalkan dua
penasehat, yang satu pandai bicara dan yang satu pendiam. Yang pandai bicara
yaitu Al-Qur’an, dan yang diam ialah kematian. Manakala ada persoalan yang
sulit bagi kalian, maka kembalikan kepada Al Qur’an dan Sunnahku, dan andaikan
hati keras seperti batu, maka lenturkan dia dengan mengingat kematian.”
Semenjak hari itu, sakit Rasulullah SAW bertambah parah, selama 18 hari
beliau menanggungnya. Sampailah tiba hari senin di hari beliau menghadap
Rabbnya. Sewaktu adzan shubuh Bilal ra datang menghampiri pintu Rasulullah SAW
seraya mengucapkan salam.
Dari dalam rumah Fathimah putri Rasulullah SAW menjawab salam Bilal, dan
ia membertahukan bahwa Rasulullah SAW dalam keadaan sakit.
Bilal pun kembali ke masjid, tatkala shubuh mulai terang sedang
Rasulullah SAW belum juga datang, Bilal kembali menghampiri pintu Rasulullah.
Mendengar suara Bilal, Rasulullah SAW memanggilnya, lalu bersabda: ”Masuklah
wahai Bilal, penyakitku rasanya semakin bertambah, suruhlah Abu Bakar agar
menjadi imam shalat dengan orang-orang yang hadir."
Kemudian bilal memasuki masjid dan memberitahu Abu Bakar agar beliau
menjadi imam dalam shalat tersebut. Ketika Abu Bakar melihat ke mihrab
Rasulullah SAW yang kosong, ia tidak dapat menahan perasaannya, lalu ia
menjerit dan akhirnya jatuh pingsan. Orang-orang yang berada di dalam masjid
menjadi bising sehingga terdengarlah oleh Rasulullah saw.
Rasulullah SAW lalu memanggil fathimah lalu berkata: ”Wahai Fathimah, ada
apakah dengan jeritan itu, kenapa di dalam masjid sana begitu gaduh?” Fathimah
menjawab: ”Itu karena engkau tidak hadir mengimami wahai Rasulullah.”
Maka Rasulullah meminta Ali dan Fadhal bin Abbas untuk memapah beliau
masuk ke masjid, Rasulullah SAW kemudian shalat bersama-sama mereka . Setelah
salam beliau menghadap ke arah kaum muslimin dan bersabda: ”Wahai kaum
muslimin, kalian masih dalam pemeliharaan dan pertolongan Allah.
Untuk itu bertaqwa-lah kepada-Nya dan taatilah Dia, sesungguhnya saya
akan meninggalkan dunia ini, dan hari ini adalah hari pertamaku di akherat dan
hari terakhirku di dunia.”
Kisah ini semakin membuat kita menjadi sedih saat Rasulullah SAW pulang
kembali ke rumahnya, Allah mewahyukan kepada Malaikat Maut supaya turun menemui
Rasulullah SAW dengan berpakaian sebaik-baiknya. Kemudian menyuruh Malaikat
Maut mencabut nyawa Rasulullah SAW dengan lemah lembut. Seandainya Rasulullah
menyuruhnya masuk, maka dia dibolehkan masuk. Tetapi jika Rasulullah tidak
mengizinkannya, hendaklah dia kembali.
Maka turunlah Malaikat Maut untuk menunaikan perintah Allah SWT.
Sesampainya di depan pintu kediaman Rasulullah saw, Malaikat Maut berkata:
"Assalamualaikum wahai ahli rumah kenabian, sumber wahyu dan
risalah!"
Fatimah pun keluar menemuinya dan berkata kepada tamunya: "Wahai
hamba Allah, Rasulullah sekarang dalam keadaan sakit."
Kemudian Malaikat Maut itu memberi salam lagi: "Assalamualaikum,
bolehkah saya masuk?"
Rasulullah SAW mendengar suara Malaikat Maut itu, lalu ia bertanya kepada puterinya Fatimah: "Siapakah yang ada di luar pintu itu?" Fatimah menjawab: "Seorang lelaki memanggil baginda. Saya katakan kepadanya bahwa baginda dalam keadaan sakit. Kemudian dia memanggil sekali lagi dengan suara yang menggetarkan sukma."
Rasulullah SAW mendengar suara Malaikat Maut itu, lalu ia bertanya kepada puterinya Fatimah: "Siapakah yang ada di luar pintu itu?" Fatimah menjawab: "Seorang lelaki memanggil baginda. Saya katakan kepadanya bahwa baginda dalam keadaan sakit. Kemudian dia memanggil sekali lagi dengan suara yang menggetarkan sukma."
Rasulullah SAW bersabda: "Tahukah kamu siapakah dia?" Fatimah
menjawab: "Tidak wahai baginda." Lalu Rasulullah SAW menjelaskan:
"Wahai Fatimah, dia itu adalah melaikat maut yang memusnahkan semua
kenikmatan, yang memutuskan segala nafsu syahwat, yang memisahkan pertemuan,
dan menghabiskan semua rumah, serta dia yang meramaikan kuburan. Mendadak Fathimah menangis, lalu berucap:
"Wahai Ayahku, sesungguhnya aku takkan mendengar sabdamu lagi, juga tak
kan mendengarkan ucapan salam darimu sesudah hari ini.” Rasulullah berkata:
“Tabahkan hatimu wahai anakku Fathimah, sebab sesungguhnya hanya engkau di
antara keluargaku yang pertama berjumpa denganku.”
Kemudian Rasulullah SAW bersabda: "Masuklah, wahai Malaikat
Maut." Maka masuklah Malaikat Maut itu sambil mengucapkan:
"Assalamualaika ya Rasulullah." Rasulullah SAW pun menjawab:
"Waalaikassalam wahai Malaikat Maut. Engkau datang untuk berziarah atau
untuk mencabut nyawaku? Malaikat Maut menjawab: "Saya datang untuk ziarah
sekaligus mencabut nyawa. Jika tuan izinkan akan saya lakukan. Jika tidak, saya
akan pulang." Rasulullah SAW bertanya: "Wahai Malaikat Maut, di mana
engkau tinggalkan Jibril?" Jawab Malaikat Maut: "Saya tinggalkan dia
di langit dunia."
Baru saja Malaikat Maut selesai bicara, tiba-tiba Jibril datang lalu
duduk disamping Rasulullah saw. Kemudian Rasulullah SAW berkata: "Wahai
Jibril, tidakkah engkau mengetahui bahwa ajalku telah dekat?" Jibril
menjawab: "Ya, wahai kekasih Allah." Rasulullah SAW melanjutkan
ucapannya: “Beritakan kepadaku akan kemuliaan yang menggembirakan aku di sisi
Allah.” Jibril menjawab: “Semua pintu-pintu telah terbuka. Dan para malaikat
sudah berbaris menanti kehadiran Ruh-mu di langit. Pintu-pintu surga telah
terbuka, dan bidadari-bidadari sudah bersolek menanti kehadiran Ruh-mu.
Rasulullah SAW berkata: “Segala Puji bagi Allah wahai Jibril, berilah aku
kabar gembira mengenai umatku kelak di hari kiamat!” Jibril menjawab: “Aku
beritahukan kepadamu wahai Rosulullah, bahwa sesungguhnya Allah Ta’ala telah
berfirman: “Sesungguhnya sudah Aku larang semua Nabi masuk ke dalam surga
sebelum engkau memasuki lebih dulu. Dan Aku larang semua umat sebelum umatmu
masuk lebih dulu.” (Hadist Qudsi)
Dengan tersenyum Rasulullah SAW berkata: ”Sekarang sudah tenang hatiku
dan hilanglah kekhawatirankuku.” Beliau melanjutkan: ”Wahai malaikat maut,
mendekatlah kepadaku.”Malaikat Maut pun mendekati beliau dan mulailah mencabut
ruh Rasulullah. Ketika sampai di perut Beliau bersabda: “Wahai malaikat Jibril,
alangkah pahitnya rasa sakaratul maut ini”. Malaikat Jibril memalingkan
wajahnya. Ketika itu Nabi SAW berkata: ”Wahai Jibril, apakah engkau tidak suka
melihat wajahku!” Jibril menjawab: ”Wahai kekasih Allah, siapa kiranya yang
sampai hati melihat wajahmu, dan engkau dalam keadaan sakaratul maut.“
Anas ra berkata: ”Ketika ruh Nabi SAW sampai di dada, beliau bersabda:
”Aku berwasiat kepada kalian, agar kalian memelihara shalat, dan apa-apa yang
menjadi tanggungjawabmu” sampai perkataan beliau putus.
Rasulullah SAW telah menghembuskan nafasnya yang terakhir dengan
tersenyum. Anas bin Malik melanjutkan ucapannya: "Ketika aku di depan
pintu rumah Aisyah, aku mendengar Aisyah sedang menangis dengan kesedihan yang
mendalam sambil mengatakan, "Wahai orang yang tidak pernah memakai sutera,
wahai orang yang keluar dari dunia dengan perut yang tidak pernah kenyang dari
gandum, wahai orang yang telah memilih tikar daripada singgahsana, wahai orang
yang jarang tidur di waktu malam karena takut Neraka Sa'ir."
Begitulah ungkapan Aisyah seorang istri Rasulullah SAW yang menyadarkan
kita bahwa begitulah keseharian Rasulullah SAW tatkala beliau masih hidup.
Padahal beliau adalah orang yang telah dijamin Allah untuk masuk surga.